Ramadhan yang berseri,
Di antara senjaTerjalinlah kisah berbunga nan murni,
Dalam sinar rembulan yang bersemi,
Mengalir puisi dalam bahasa yang kurni.
Ajo, tukang beruk di Pariaman yang cemerlang,
Namanya terpadam dalam panggilan luhur,
'Beruk', seruan yang memayungi jiwanya,
Identiti terjalin dalam gemulai tugas yang megah.
Mas Jawa, datang dengan niat mencari untung,
Namun, duri bahasa menghalangi langkahnya,
Beruk, yang jadi mangsanya, terpedaya,
Kesalahan terjalin dalam irama yang kikir.
Abai, sang penjual dari Payakumbuh yang bijaksana,
Namun, dalam beruk, dia terseret sangsi,
Kematian pun menjemput dalam sela-sela waktu,
Kekurangpahaman, tiada terkira baginya.
Dalam masjid senja, cerita berpadu dengan tawa,
Pertanyaan retoris bergema dalam bingkai syahdu,
Humor melingkupi, pembelajaran dan perbincangan,
Cahaya kasih dan pengetahuan menyuluh gelap.
Dari cerita ini, kita belajar kebijaksanaan,
Memahami, dalam cakrawala kehidupan,
Beradaptasi, dalam rimba kata yang mengelam,
Belajarlah, dan pahamilah, dalam setiap cerita.
Kisah Ramadhan, menuntun kita dalam khazanah hati,
Bahasa dan budaya, tari dalam lautan jiwa,
Namun di atas semua, cinta dan persaudaraan terpancar,
Komunikasi yang berseri, dalam sinar senja yang membara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H