Dengan demikian, Ramadan bukan hanya merupakan waktu untuk kegiatan spiritual, tetapi juga dapat dianggap sebagai kontributor penting dalam upaya global untuk meningkatkan keamanan pangan dan mempromosikan pola makan yang lebih berkelanjutan.
Pengurangan Pencemaran Lingkungan
Puasa Ramadan juga dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan dengan berkurangnya feses. Pengurangan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh puasa Ramadan melalui pengurangan jumlah feses merupakan hal yang penting dan dapat memberikan dampak yang signifikan. Mari kita perluas analisis tersebut dengan mempertimbangkan beberapa faktor tambahan.
Pengurangan feses: Puasa dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan dengan mengurangi jumlah feses yang dihasilkan manusia. Hal ini karena selama puasa, asupan makanan dan minuman berkurang, sehingga jumlah feses yang dihasilkan pun berkurang.
Perhitungan pencemaran: Sebuah studi di Malaysia menunjukkan bahwa jumlah feses yang dihasilkan manusia dapat berkurang hingga 25% selama Ramadan. Jika diasumsikan bahwa setiap Muslim menghasilkan 0,5 kg feses per hari, dan jumlah ini berkurang 25% selama Ramadan, maka potensi pengurangan pencemaran lingkungan akibat feses selama Ramadan adalah 2 miliar adalah 250 juta kg feses
Dari analisis ini, kita bisa melihat bahwa perubahan pola makan selama Ramadan memiliki potensi untuk menghasilkan pengurangan feses yang signifikan dalam skala global, yang bisa diwakili dengan ilustrasi berat yang cukup dramatis.
Namun, perhitungan ini juga bergantung pada asumsi-asumsi tertentu yang perlu dipertimbangkan, seperti apakah pola makan yang berubah benar-benar menghasilkan pengurangan feses sebanyak yang diasumsikan dan apakah semua orang Muslim dewasa benar-benar mempraktikkan puasa Ramadan dengan cara yang sama.
Pengurangan Limbah Makanan
Bulan suci Ramadan memicu kesadaran yang lebih tinggi terhadap konsumsi masyarakat Muslim. Praktik berpuasa yang dijalankan selama bulan ini tidak hanya menjadi sebuah ibadah, tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap kebiasaan makan.Â
Disiplin yang ditanamkan oleh puasa mendorong individu untuk lebih berpikir tentang apa yang mereka konsumsi, mengurangi limbah makanan yang dihasilkan dalam prosesnya. Dalam konteks global, limbah makanan telah menjadi tantangan serius dalam keamanan pangan.Â
Menurut FAO, sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia setiap tahunnya, menyebabkan ketidakseimbangan yang signifikan dalam rantai pasokan pangan. Namun, perhitungan yang disajikan menunjukkan potensi besar untuk mengurangi limbah makanan selama bulan Ramadan.Â
Dengan asumsi bahwa setiap Muslim dapat mengurangi konsumsi makanan mereka sebesar 20% selama bulan puasa dan dengan rata-rata pembuangan 1 kg makanan per hari, potensi pengurangan limbah makanan global selama bulan Ramadan diestimasi mencapai 205,2 juta ton.Â