Kunjungan ke kuburan orang tua di pandan pekuburan Bako, meskipun kondisinya kurang terawat, merupakan bagian dari menghormati dan mengenang leluhur.
Saya berencana untuk kembali dan membersihkan area tersebut menunjukkan komitmen terhadap pemeliharaan tradisi dan penghormatan kepada keluarga. Ini adalah contoh nyata dari cara tradisi dan kebiasaan lokal dipertahankan dari generasi ke generasi, memperkuat ikatan keluarga dan komunitas.
Memang, perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu 3 jam menjadi 5 jam bisa terasa sangat melelahkan, terutama setelah menjadi 'sopir' selama 9 jam. Namun, kami tetap memiliki kegembiraan dan semangat yang baik dan bisa tertawa bersama di akhir hari.
Perjalanan ziarah kubur di tengah kabut tebal dan jalan yang rusak ini menjadi pengingat akan pentingnya pemeliharaan tradisi dan nilai-nilai budaya, sekaligus kebutuhan mendesak akan infrastruktur yang lebih baik. Semoga di masa depan, perjalanan ziarah kubur dapat kembali menjadi perjalanan yang khidmat dan lancar, tanpa gangguan dari kabut atau kerusakan jalan.
Sebelum jam 10 malam kami sampai kembali di rumah dan bersiap untuk sholat Maghrib dan Isya. Perjalan ziarah kubur tahun ini sebelum Ramadhan telah menjadi sejarah keluarga, yang kelak akan dikenang sebagai memori indah.
Semoga istirahat yang baik dan kenangan indah dari perjalanan tersebut dapat mengimbangi kelelahan yang kami rasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H