Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilu, Kegilaan dan Peran Agama

16 Februari 2024   09:24 Diperbarui: 16 Februari 2024   10:57 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sudut pandang filosofis, terutama eksistensialisme, dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk menciptakan makna dan nilai bagi hidupnya sendiri. Manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran akan eksistensinya, yang bersifat sementara, terbatas, dan tidak pasti. Dengan kesadaran ini, manusia dapat menghadapi ketidakpastian, ketidakbermaknaan, dan kematian yang mengancam hidupnya.

Agama Memuliakan Manusia

Dengan agama, manusia dapat menggunakan kebebasannya untuk memilih agama yang sesuai dengan keyakinannya. Dengan agama, manusia dapat menciptakan makna dan nilai bagi hidupnya yang bersumber dari Tuhan. Dengan agama, manusia dapat menghadapi eksistensinya yang sementara, terbatas, dan tidak pasti dengan rasa percaya, harapan, dan optimisme. Dengan agama, manusia dapat menghadapi ketidakpastian, ketidakbermaknaan, dan kematian dengan rasa siap, rela, dan ikhlas.

Tanpa agama, manusia akan menyalahgunakan kebebasannya untuk memilih hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain. Tanpa agama, manusia akan menciptakan makna dan nilai bagi hidupnya yang bersumber dari dirinya sendiri, yang bersifat subjektif, relatif, dan sewenang-wenang. Tanpa agama, manusia akan menghadapi eksistensinya yang sementara, terbatas, dan tidak pasti dengan rasa bingung, bimbang, dan pesimis. Tanpa agama, manusia akan menghadapi ketidakpastian, ketidakbermaknaan, dan kematian dengan rasa takut, cemas, dan panik.

Kondisi seperti ini dapat menyebabkan manusia mengalami krisis eksistensial, yaitu kondisi di mana manusia merasa tidak memiliki makna dan tujuan dalam hidupnya. Kondisi seperti ini juga dapat menyebabkan manusia mengalami nihilisme, yaitu kondisi di mana manusia merasa tidak ada nilai dan norma yang berlaku dalam hidupnya. Kondisi seperti ini dapat dikatakan sebagai kondisi gila, karena manusia tidak lagi berfungsi sebagai manusia yang bebas, kreatif, dan sadar.

Islam Memposisikan Manusia

Dari sudut pandang religius, terutama Islam, dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya. Manusia adalah makhluk yang diberi fitrah, yaitu kecenderungan alami untuk mengenal dan menyembah Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang diberi akal, yaitu kemampuan untuk berpikir dan berfikir. Manusia adalah makhluk yang diberi syariat, yaitu aturan dan tuntunan yang diturunkan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul-Nya. Dengan syariat, manusia dapat menjalankan ibadahnya dengan benar dan sempurna.

Dengan agama, manusia dapat memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Dengan agama, manusia dapat mengaktifkan fitrahnya, yaitu mengenal dan menyembah Allah SWT. Dengan agama, manusia dapat menggunakan akalnya, yaitu berpikir dan berfikir tentang kebesaran dan keindahan Allah SWT. Dengan agama, manusia dapat mengikuti syariatnya, yaitu aturan dan tuntunan yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan agama, manusia dapat mendapatkan ridha, rahmat, dan surga dari Allah SWT.

Tanpa agama, manusia akan menyia-nyiakan tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Tanpa agama, manusia akan menutup fitrahnya, yaitu mengenal dan menyembah Allah SWT. Tanpa agama, manusia akan menyalahgunakan akalnya, yaitu berpikir dan berfikir tentang hal-hal yang sia-sia dan sesat. 

Tanpa agama, manusia akan mengabaikan syariatnya, yaitu aturan dan tuntunan yang diturunkan oleh Allah SWT. Tanpa agama, manusia akan mendapatkan murka, azab, dan neraka  dari Allah SWT. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan manusia mengalami kerugian besar, baik di dunia maupun di akhirat. Kondisi seperti ini dapat dikatakan sebagai kondisi gila, karena manusia tidak lagi berfungsi sebagai manusia yang beriman, taat, dan bertakwa.

Terkait dengan penyelenggaraan Pemilu 2024 ini, menjadi anggota KPPS yang tangguh itu penting dan agama adalah yang menjadi pegangan untuk menjaga integritas dan kesehatan jiwa. Motivasi menjadi tinggi dan terjaga jika dikaitkan dengan misi agama masing-masing untuk menjaga pemilu yang adil, jujur, bebas dan rahasia sehingga dihasilkan data pemilu yang berkualitas. Begitu juga dengan para calon legislatif dan calon eksekutif, kembali lah kepada agama jika anda tidak tepilih dan bersabar. Dalam dalam hidup ada usaha dan ada takdir. Terima ini sebagai realitas atau anda akan berakhir di ruang perawatan orang gila. Kalau diperlukan, atur jadwal bertemu dengan psikiater untuk meringankan tekana secara sukarela dan sadar alias waras.

https://posbekasi.com/wp-content/uploads/2019/04/Orang-Gila-Ikut-Pemilu.jpg
https://posbekasi.com/wp-content/uploads/2019/04/Orang-Gila-Ikut-Pemilu.jpg

Beragam Teknik Menjaga Mental

Bagi mereka yang terlibat dalam proses pemilu, baik sebagai anggota KPPS, kandidat, atau tim kampanye, penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional mereka. Berikut adalah beberapa saran yang dapat membantu mengurangi stres dan mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius seperti gangguan mental:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
    Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun