Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cawe-cawe Mr. Presiden: Skandal atau Strategi?

3 Februari 2024   23:07 Diperbarui: 4 Februari 2024   09:55 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dia bilang, dia punya dokumen yang menunjukkan bahwa Mr. Wanomo merekayasa penaloan pasangan Capres-Cawapres Gigi dan Mr. Purli. Dia bilang, dia bisa kirim semua itu ke kamu, asal kamu bayar dulu," jelas informan.

Hamdi memejamkan matanya sejenak, mencoba untuk memilah pikiran dan perasaannya. Dia tahu bahwa jika dia membayar informan tersebut, dia bisa mendapatkan bukti yang lebih kuat, tetapi juga menyadari bahwa tindakan itu bisa membawanya ke dalam masalah hukum yang serius.

"Mungkin ini kesempatan emas untuk mengungkap skandal besar," gumamnya pada dirinya sendiri.

Dengan hati yang berat, Hamdi akhirnya menutup telepon dan kembali memandangi layar ponselnya. Dia harus membuat keputusan, dan dia harus membuatnya sekarang.

"Baiklah," pikirnya. "Saya akan membayar informan itu, tapi saya harus melindungi diri saya sendiri dan memastikan bahwa bukti yang saya dapatkan benar-benar otentik."

Layak dan etis kah

Hamdi mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya dengan hati-hati, memastikan bahwa dia siap untuk menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Duduk di meja kayunya yang sederhana, matanya terfokus pada layar laptop yang menerangi wajahnya dengan cahaya biru. Dengan teliti, dia menelusuri opsi-opsi yang tersedia di hadapannya.

"Membayar informan bisa menjadi pintu masuk menuju kebenaran yang lebih dalam," gumamnya pada dirinya sendiri, bibirnya terkatup rapat dalam pemikiran yang mendalam. Namun, dia tidak bisa mengabaikan risiko besar yang menyertainya.

"Tapi apakah itu layak? Apakah itu etis?" tanya Hamdi pada dirinya sendiri sambil memijat pelipisnya yang tegang. Tidak ada jawaban langsung, hanya keraguan yang semakin menghimpitnya.

Tiba-tiba, dia teringat akan teman-teman seprofesinya. Mungkin mereka bisa memberikan sudut pandang yang berbeda, mungkin ada saran yang berguna dari sudut pandang mereka yang beragam.

Tanpa ragu, Hamdi membuka grup chat dengan teman-teman jurnalisnya. Jarinya mengetik dengan cepat, mengetuk-ngetukkan keyboard laptopnya dengan antusiasme yang tidak bisa disembunyikan.

"Guys, aku butuh bantuan kalian. Aku punya data dan video yang menunjukkan adanya rekayasa dan dukungan terbuka Mr. Wanomo kepada Gigi yang jadi cawapres Mr. Purli. Ini beneran, atau cuma fitnah? Dan, apa yang harus aku lakukan?" tulis Hamdi di grup chat, mengirimkan pesan yang memohon bantuan kepada teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun