Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Baliho Politik, Bahan dan Teknologi yang Merubah Masa Depan

26 Januari 2024   21:00 Diperbarui: 26 Januari 2024   22:37 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan Spanduk dan Baliho pada Masa Awal

Bagi pembaca yang ingin pembaca tulisan pertama bisa di baca di sini yang menjelaskan sejarah awal baliho. Spanduk dan baliho di Indonesia tidak hanya bervariasi dalam jenis, bentuk, dan ukuran, tetapi juga dalam bahan pembuatannya. Bahan yang digunakan mencerminkan kekayaan alam dan budaya serta kreativitas yang dimiliki oleh masyarakat di berbagai daerah. Di masa awal, spanduk dan baliho sering kali menggunakan bahan-bahan alami dan lokal untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat.

Salah satu contoh unik adalah spanduk yang terbuat dari daun lontar, sebuah bahan alami yang banyak digunakan oleh masyarakat adat di Nusa Tenggara Timur. Spanduk ini tidak hanya berfungsi sebagai media pengumuman acara adat atau menyambut tamu penting, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal dan kekayaan budaya daerah tersebut. Penggunaan daun lontar menegaskan kembali hubungan yang erat antara manusia dan alam, serta keunikan Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman flora yang luar biasa. Dipasang di pintu masuk desa atau rumah adat, spanduk ini memancarkan keindahan alam dan kehangatan budaya kepada para pengunjung.

Sementara itu, baliho yang terbuat dari bambu menjadi contoh lain dari kreativitas masyarakat pedesaan, terutama di Jawa Barat. Bambu, sebagai bahan yang murah, mudah didapat, dan ramah lingkungan, digunakan untuk mempromosikan produk pertanian lokal atau mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Dengan baliho bambu ini, masyarakat Jawa Barat menunjukkan kesadaran akan pentingnya lingkungan serta kepedulian terhadap kesejahteraan sosial. Dipasang di pinggir jalan atau di tengah sawah, baliho ini menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap pedesaan, menyampaikan pesan-pesan positif kepada siapa pun yang melintasinya.

Spanduk dan baliho di Indonesia tidak hanya sebagai alat promosi, tetapi juga sebagai wujud dari ekspresi seni dan budaya yang khas. Melalui penggunaan bahan-bahan lokal dan kreativitas dalam penyampaiannya, spanduk dan baliho menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, mencerminkan dinamika serta keberagaman yang menjadi ciri khas Indonesia.

Perkembangan Teknologi Baliho

Teknologi yang digunakan dalam pembuatan spanduk dan baliho berkembang seiring waktu, dari yang sederhana hingga yang kompleks dan canggih. Berbagai teknologi tersebut memberikan kontribusi besar terhadap kualitas dan efektivitas dari media promosi ini. Berikut adalah beberapa teknologi yang umum digunakan dalam pembuatan spanduk dan baliho:

Teknologi Cetak: Salah satu teknologi utama dalam pembuatan spanduk dan baliho adalah teknologi cetak. Mesin cetak offset, sablon (screen printing), dan digital printing merupakan contoh teknologi cetak yang umum digunakan. Teknologi ini memungkinkan untuk mencetak gambar atau teks dengan warna yang hidup, tajam, dan tahan lama. Fleksibilitas teknologi cetak juga memungkinkan pembuatan spanduk dan baliho dalam berbagai ukuran dan bentuk sesuai kebutuhan.

Teknologi Elektronik: Untuk baliho yang memerlukan tampilan yang dinamis, teknologi elektronik menjadi pilihan utama. Neon, lampu pijar, LED, LCD, plasma, dan hologram adalah beberapa contoh teknologi elektronik yang digunakan. Dengan teknologi ini, gambar atau teks pada baliho dapat berubah secara dinamis, menarik perhatian pengunjung dengan efek visual yang menarik. Keunggulan lainnya adalah kemampuan untuk menyesuaikan tampilan dengan waktu, tempat, atau situasi tertentu.

Teknologi Digital: Pembuatan desain untuk spanduk dan baliho tidak lepas dari teknologi digital. Perangkat lunak seperti Photoshop, CorelDraw, Illustrator, atau InDesign menjadi andalan dalam proses desain. Teknologi digital memungkinkan pembuatan gambar atau teks yang lebih kreatif, inovatif, dan profesional. Selain itu, kemudahan dalam mengedit, mengatur, atau memodifikasi desain juga menjadi keunggulan teknologi digital ini.

Penggunaan teknologi dalam pembuatan spanduk dan baliho tidak hanya mempengaruhi kualitas dan efektivitas media promosi, tetapi juga mencerminkan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan terus berkembangnya teknologi, diharapkan pembuatan spanduk dan baliho akan semakin efisien, kreatif, dan berdampak dalam menyampaikan pesan kepada khalayak.

Apakah Baliho Masih Menjadi Pilihan Utama

Apakah baliho masih menjadi pilihan utama sebagai media iklan dan promosi? Pertanyaan terkadang muncul begitu saja dan perlu dijawab. Jawaban in bisa diperoleh dari beberapa kajian peneliti. Berikut adalah beberapa hasil kajian tersebut:

Salah satu penelitian ilmiah yang mengevaluasi efektivitas baliho dilakukan oleh Della Ikasari Herman pada tahun 2020. Penelitian ini berjudul "Analisis Efektivitas Iklan Baliho Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Menggunakan Metode Epic". Metode EPIC digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis iklan baliho yang dipasang oleh Unika Soegijapranata untuk mempromosikan pendaftaran mahasiswa baru. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden, hasil penelitian ini menunjukkan tingkat efektivitas baliho Unika Soegijapranata yang tinggi, dengan nilai rata-rata mencapai 4,02 dari skala 5. Penelitian ini juga memberikan saran-saran untuk meningkatkan efektivitas baliho, termasuk perhatian terhadap lokasi, ukuran, warna, dan desain iklan, serta penambahan informasi yang relevan dan menarik bagi calon mahasiswa.

Penelitian lain yang terkait dengan baliho adalah karya Nur Aida pada tahun 2018 berjudul "Analisa Efektifitas Iklan Televisi Partai Perindo Model Epic (Iklan Dengan Aktor Utama Ketua Umum Partai Perindo)". Penelitian ini menggunakan model EPIC yang sama dengan penelitian sebelumnya untuk menganalisis iklan televisi Partai Perindo yang menampilkan Ketua Umum sebagai aktor utama. Dengan menggunakan metode kualitatif dan wawancara mendalam terhadap 10 responden, hasil penelitian menunjukkan tingkat efektivitas iklan televisi Partai Perindo yang rendah, dengan nilai rata-rata mencapai 2,5 dari skala 5. Penelitian ini juga memberikan saran-saran untuk meningkatkan efektivitas iklan televisi, termasuk perhatian terhadap konten, durasi, frekuensi, dan target audiens iklan, serta menghindari penggunaan tokoh politik yang kontroversial sebagai aktor iklan.

Artikel yang membahas tentang strategi penggunaan baliho sebagai media promosi bagi bisnis kecil juga turut menjadi sorotan. Dalam artikel tersebut, dibahas bagaimana baliho tetap menjadi pilihan yang efektif meskipun di tengah gempuran era digital. Artikel ini menggambarkan fenomena dengan menggunakan metode deskriptif dan komparatif, serta disertai dengan data dan fakta relevan. Dengan memberikan gambaran komparatif antara baliho dengan billboard dan media promosi digital, artikel ini memberikan wawasan yang menarik bagi para pebisnis kecil yang ingin memanfaatkan baliho sebagai media promosi yang efektif dan menguntungkan.

Di sisi lain, artikel lain membahas tentang potensi baliho sebagai media branding dan promosi yang efektif dan kreatif. Dalam artikel tersebut, dijelaskan bagaimana desain, jargon, dan lokasi pemasangan baliho dapat menjadi faktor penentu dalam membangun merek dan memikat perhatian konsumen. Dengan menggunakan metode eksplanatif dan persuasif, artikel ini memberikan pemahaman mendalam kepada para pebisnis menengah dan besar yang ingin memanfaatkan baliho sebagai media branding dan promosi yang menonjol dan berkesan.

Tidak hanya di Indonesia, efektivitas iklan baliho juga telah menjadi fokus penelitian di India. Sebuah artikel yang membahas tentang pengaruh iklan baliho terhadap perilaku konsumen menggunakan model AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action). Dengan menggunakan metode kuantitatif dan eksperimental, artikel ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana baliho dapat mempengaruhi langkah-langkah yang diambil oleh konsumen dalam proses keputusan pembelian.

Terakhir, artikel lain membahas tentang peran baliho dalam menciptakan kesadaran merek dan loyalitas merek dengan menggunakan model ELM (Elaboration Likelihood Model). Artikel ini memberikan pemahaman tentang bagaimana baliho dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun hubungan yang kuat antara merek dan konsumen. Dengan menggunakan metode kualitatif dan studi kasus, artikel ini memberikan contoh konkret tentang bagaimana baliho dapat menjadi faktor penentu dalam menciptakan kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.

Kesimpulan

Dari berbagai penelitian dan artikel yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa baliho masih menjadi salah satu media promosi yang efektif dalam mencapai tujuan promosi tertentu. Namun, efektivitas baliho dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk konten, desain, lokasi, dan konteks penggunaannya. Oleh karena itu, penting bagi para pemasar dan pebisnis untuk memahami karakteristik dan potensi baliho secara mendalam agar dapat memanfaatkannya secara optimal dalam strategi promosi mereka. (Bersambung dengan topik Baliho 3D)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun