Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Capres, Pembelian Alutsista Bekas vs Baru (Bagian 2)

9 Januari 2024   12:00 Diperbarui: 9 Januari 2024   12:08 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Risiko dalam Penggunaan Alutsista Bekas

Penggunaan alutsista bekas, meskipun memberikan alternatif ekonomis yang menarik, turut membawa risiko yang perlu diperhitungkan dengan matang. Penurunan performa alutsista bekas dapat memunculkan beberapa tantangan serius, yang mencakup aspek daya tahan dan keamanan. Sejumlah faktor yang perlu menjadi fokus utama dalam memahami risiko tersebut antara lain:

1. Daya Tahan  Alutsista bekas yang telah melalui masa penggunaan bertahun-tahun dapat mengalami penurunan daya tahan yang signifikan. Kondisi ini menjadi sumber potensi risiko karena alutsista tersebut mungkin menjadi lebih rentan terhadap kerusakan atau kegagalan operasional. Kualitas material yang sudah mengalami keausan dan perubahan fungsi pada komponen-komponen tertentu dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap performa alutsista.

2. Keamanan alutsista bekas dapat menjadi risiko serius. Beberapa faktor yang memengaruhi keamanan alutsista bekas melibatkan kerusakan atau keausan pada komponen, kehilangan atau kerusakan dokumen dan manual perawatan alutsista, serta perubahan teknologi yang membuat alutsista menjadi lebih rentan terhadap serangan. Keamanan yang terkompromi dapat membahayakan personel yang mengoperasikan alutsista dan juga mengurangi efektivitas pertahanan nasional.

Resiko tersebut adalah berbagai implikasi negatif dapat muncul, termasuk di antaranya kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera atau kematian bagi personel, kegagalan misi yang berpotensi menyebabkan kerugian besar secara materi dan moril, serta kerugian ekonomi akibat perbaikan atau penggantian alutsista yang rusak atau hilang. Dalam menghadapi risiko ini, hati-hati dan pertimbangan menyeluruh menjadi kunci utama. Pembelian alutsista bekas harus dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam menangani alutsista bekas. Selain itu, alutsista yang telah dibeli harus menjalani proses pemeriksaan dan perawatan menyeluruh sebelum diaktifkan kembali. Pendekatan ini tidak hanya akan meminimalkan risiko yang mungkin timbul, tetapi juga memastikan bahwa alutsista tersebut dapat diandalkan dalam mendukung keamanan dan pertahanan negara.

Kecelakaan Pesawat Tempur Bekas: Tantangan dan Penyebab yang Mungkin

Kecelakaan pesawat tempur bekas merupakan peristiwa yang sayangnya terkadang tidak dapat dihindari, melibatkan pesawat-pesawat yang telah memiliki masa penggunaan sebelumnya. Beberapa kecelakaan tersebut mencuat dalam peristiwa yang mencoreng keamanan dan keselamatan penerbangan militer. Berikut adalah beberapa contoh kecelakaan yang melibatkan pesawat tempur bekas di dunia:

  • Kecelakaan di Pasuruan, Jawa Timur (16 November 2023): Pada tanggal tersebut, dua pesawat tempur Super Tucano milik TNI AU jatuh di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Empat awak pesawat gugur dalam kecelakaan ini. Pesawat-pesawat tersebut merupakan pesawat bekas yang diperoleh dari Brasil pada tahun 2014.
  • Kecelakaan di Perairan Laut Jawa (23 Juli 2022): Pada tanggal tersebut, pesawat tempur F-16 milik TNI AU jatuh di perairan Laut Jawa. Meskipun pilot pesawat tersebut berhasil selamat, peristiwa ini mengingatkan akan risiko pengoperasian pesawat bekas, yang pada kasus ini, dibeli dari Amerika Serikat pada tahun 2003.
  • Kecelakaan di Moskow, Rusia (20 Februari 2022): Pesawat tempur MiG-29 milik Angkatan Udara Rusia jatuh di wilayah Moskow. Beruntung, pilot pesawat selamat. Pesawat tersebut merupakan pesawat bekas yang diperoleh dari Ukraina pada tahun 2013.
  • Kecelakaan di Benggala Barat, India (10 Desember 2021): Sukhoi Su-30 milik Angkatan Udara India jatuh di wilayah Benggala Barat. Pilot pesawat selamat dalam kejadian ini. Pesawat tersebut adalah bekas dari Rusia, dibeli pada tahun 2008.

Penyebab kecelakaan pesawat tempur bekas dapat bervariasi dan melibatkan faktor-faktor kompleks. Beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan kecelakaan meliputi:

1. Kerusakan atau Keausan pada Komponen Pesawat: Komponen yang mengalami kerusakan atau keausan, disebabkan oleh faktor usia, penggunaan yang berat, atau perawatan yang kurang memadai, dapat memicu kecelakaan.

2. Kesalahan Pilot: Kesalahan pilot, yang bisa disebabkan oleh kurangnya pengalaman, kelelahan, atau kondisi psikologis yang tidak stabil, menjadi faktor krusial yang dapat berkontribusi pada kecelakaan.

3. Kegagalan Sistem Kontrol Pesawat: Kegagalan sistem kontrol pesawat, yang mungkin dipicu oleh kerusakan komponen, kesalahan desain, atau gangguan elektromagnetik, dapat menjadi pemicu serius.

4. Keadaan Cuaca yang Buruk: Cuaca yang buruk, seperti badai, hujan lebat, atau kabut tebal, dapat menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi visibilitas pilot dan kemampuan pengendalian pesawat.

Perbandingan Tingkat Keseringan Kecelakaan Pesawat Bekas dan Baru

Tingkat keseringan terjadinya kecelakaan pada pesawat bekas memang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat baru. Fenomena ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor krusial yang perlu diperhatikan, seperti:

Daya Tahan Pesawat: Pesawat bekas, yang telah menempuh masa penggunaan bertahun-tahun, cenderung memiliki tingkat daya tahan yang lebih rendah dibandingkan dengan pesawat baru. Kelemahan ini dapat mengakibatkan kerusakan lebih mudah atau kegagalan pesawat saat digunakan.

Keamanan Pesawat: Keamanan pesawat bekas juga rentan terhadap faktor-faktor tertentu, termasuk Kerusakan atau keausan pada komponen pesawat. Kehilangan atau kerusakan dokumen dan manual perawatan pesawat dan Perubahan teknologi yang membuat pesawat menjadi lebih rentan terhadap serangan.

Berbagai studi telah dilakukan untuk membandingkan tingkat keseringan terjadinya kecelakaan pada pesawat bekas dengan pesawat baru, antara lain:

  • Studi Angkatan Udara Amerika Serikat (2014): Studi ini menyimpulkan bahwa pesawat tempur bekas yang berusia 15 tahun atau lebih memiliki tingkat keseringan terjadinya kecelakaan 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat tempur baru.
  • Studi RAND Corporation (2016): Penelitian ini menemukan bahwa pesawat tempur bekas yang berusia 20 tahun atau lebih memiliki tingkat keseringan terjadinya kecelakaan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat tempur baru.

Perlu dicatat bahwa tingkat keseringan terjadinya kecelakaan pesawat bekas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kualitas perawatan pesawat, kualitas pilot, dan kondisi cuaca. Pesawat bekas yang mendapatkan perawatan optimal dan dioperasikan oleh pilot yang berpengalaman dapat mengurangi risiko kecelakaan.

Dengan demikian, meskipun sulit memberikan kesimpulan yang pasti, secara umum, penelitian mendukung pandangan bahwa tingkat keseringan terjadinya kecelakaan pada pesawat bekas cenderung lebih tinggi daripada pesawat baru. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dan keputusan pembelian alutsista harus mempertimbangkan faktor ini secara serius.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun