Oleh karena itu, daya saing biodiesel B100 saat ini masih rendah, karena harus bersaing dengan bahan bakar fosil, yang masih lebih murah, lebih mudah didapatkan, lebih stabil, dan lebih banyak digunakan oleh masyarakat.Â
Untuk meningkatkan daya saing biodiesel B100, pemerintah dan industri perlu melakukan beberapa strategi, seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya.
Segmen Pasar Biodiesel B100
Segmen pasar biodiesel B100 adalah kelompok-kelompok konsumen yang berpotensi untuk menggunakan biodiesel B100 sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel.Â
Segmen pasar biodiesel B100 dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, seperti kebutuhan, preferensi, lokasi, dan karakteristik konsumen.Â
Segmen pasar biodiesel B100 harus memiliki ukuran, pertumbuhan, dan profitabilitas yang cukup, serta dapat dijangkau, dilayani, dan dipengaruhi oleh produsen.Â
Ada beberapa segmen pasar yang bisa menyerap biodiesel B100 dengan harga tinggi tersebut tetapi harus dilakukan secara selektif karena memerlukan subsidi, yaitu:
1. Sektor pertanian, yang merupakan salah satu konsumen terbesar bahan bakar nabati di Indonesia. Sektor ini bisa menggunakan biodiesel B100 untuk menggerakkan alat-alat pertanian, seperti traktor, pompa air, dan mesin panen.Â
Selain itu, sektor ini juga bisa mendapatkan manfaat dari produk sampingan biodiesel B100, yaitu gliserol, yang bisa digunakan sebagai pupuk organik, sabun, atau kosmetik.
2. Sektor transportasi, yang merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di Indonesia. Sektor ini bisa menggunakan biodiesel B100 untuk mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan bahan bakar fosil, seperti diesel dan pertalite.Â
Selain itu, sektor ini juga bisa mendapatkan manfaat dari kinerja mesin yang lebih baik dan hemat bahan bakar dengan menggunakan biodiesel B100.
3. Sektor industri, yang merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia. Sektor ini bisa menggunakan biodiesel B100 untuk mengoperasikan mesin-mesin industri, seperti generator, boiler, dan turbin .Â