Debat dan MateriÂ
Debat capres-cawapres pertama yang digelar pada 12 Desember 2023 membahas tema-tema seputar hukum, HAM, pemerintahan, pemberantasan korupsi, dan penguatan demokrasi. Debat ini menampilkan tiga capres yaitu Anies Baswedan (nomor urut 1), Prabowo Subianto (nomor urut 2), dan Ganjar Pranowo (nomor urut 3). Masing Capres juga didampingi oleh Cawapres masing-masing yang duduk di kursi yang telah disiapkan.
Poin penting terkait materi debat dari masing-masing calon presiden adalah:
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memiliki 10 poin program terkait hukum dan ham, antara lain: memperbaiki substansi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan, menghadirkan kepastian hukum yang tidak diskriminatif, memastikan penegakan hukum berjalan secara manusiawi dan berkeadilan, mempercepat reformasi hukum di empat area prioritas, memperkuat kesadaran hukum masyarakat, menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran ham, mengembalikan fungsi lembaga ham, menghapus praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, membangun sistem pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif, dan meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan bagi aparat penegak hukum.
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki lima poin program terkait hukum dan ham, yaitu: menjamin supremasi hukum dan keadilan sosial, menegakkan hukum secara tegas dan adil, menuntaskan kasus-kasus pelanggaran ham, memperkuat lembaga ham, dan memberantas korupsi secara sistematis dan berkelanjutan.
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki tujuh poin program terkait hukum dan ham, antara lain: menyelaraskan peraturan perundang-undangan dengan konstitusi, membangun sistem hukum yang berkeadilan, berintegritas, dan berwibawa, menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran ham secara transparan dan akuntabel, memperkuat lembaga ham dan memberikan perlindungan bagi aktivis ham, memberantas korupsi secara komprehensif dan preventif, membangun sistem pencegahan dan pemberantasan terorisme yang efektif dan berbasis hak asasi manusia, dan meningkatkan kualitas dan kesejahteraan aparat penegak hukum.
Debat ini berlangsung selama dua jam dengan format tanya-jawab antara panelis dan capres-cawapres, serta diskusi terbuka antara capres-cawapres. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan dua jurnalis TVRI, Velerina Daniel dan Ardianto Wijaya Kusuma sebagai moderator debat perdana capres-cawapres di Pilpres 2024. Debat ini menghadirkan berbagai poin penting yang disampaikan oleh masing-masing pasangan capres-cawapres, seperti:.
Debat ini juga mendapat berbagai tanggapan dari publik, baik melalui media sosial maupun survei. Beberapa tanggapan tersebut antara lain:
- Debat ini dinilai cukup menarik dan informatif, namun kurang berapi-api dan dinamis. Hal ini dikarenakan format debat yang terlalu kaku dan tidak memberikan ruang untuk interaksi antara capres-cawapres.
- Debat ini juga menunjukkan adanya perbedaan gaya dan karakter antara capres-cawapres. Anies Baswedan dinilai lebih santun dan berwibawa, Prabowo Subianto lebih tegas dan berani, dan Ganjar Pranowo lebih santai dan humoris.
- Debat ini juga menghasilkan beberapa pernyataan yang menjadi sorotan publik, seperti janji Prabowo Subianto untuk menghapus utang Indonesia, klaim Anies Baswedan tentang keberhasilan program OK OCE, dan sindiran Ganjar Pranowo tentang kasus korupsi yang menimpa lawan-lawannya.
Debat Capres di Berbagai Belahan Dunia
Debat capres-cawapres di Indonesia memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan debat capres-cawapres di berbagai negara lain. Berdasarkan hasil pencarian web saya, berikut ini adalah beberapa perbedaan yang sering disebutkan oleh para pengamat:
Format debat: Di Indonesia, debat dilakukan bersama-sama antara capres dan cawapres, dengan jumlah debat yang bervariasi setiap periode. Di Amerika Serikat, debat dilakukan terpisah antara calon presiden dan calon wakil presiden. Dua calon presiden akan berdebat sebanyak tiga kali dan dua calon wakil presiden akan berdebat satu kali. Di Eropa, debat dilakukan di kantor parlemen, stasiun televisi, atau universitas. Di Afrika, debat jarang diselenggarakan, karena banyak negara yang masih mengalami konflik, ketidakstabilan, atau kecurangan pemilu. Di Australia, debat dilakukan di National Press Club, sebuah organisasi yang beranggotakan wartawan dan media massa. Di Kanada, debat dilakukan di studio televisi, dengan moderator yang berasal dari media massa.
Waktu debat: Di Indonesia, waktu debat dibatasi oleh KPU, dengan durasi yang berbeda-beda untuk setiap sesi. Di Amerika Serikat, para calon yang berdebat diberi keleluasaan waktu untuk mengemukakan gagasan mereka. Tidak ada time keeper yang membatasi durasi berbicara mereka. Di Eropa, waktu debat bervariasi tergantung pada negara dan media penyelenggara. Di Afrika, waktu debat juga bervariasi tergantung pada negara dan kondisi politik. Di Australia, waktu debat biasanya sekitar satu jam. Di Kanada, waktu debat biasanya sekitar dua jam.
Topik debat: Di Indonesia, topik debat ditentukan oleh KPU, dan para calon hanya boleh menjawab pertanyaan yang sesuai dengan topik tersebut. Di Amerika Serikat, topik debat ditentukan oleh moderator yang berasal dari media massa. Moderator juga berhak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terkait dengan topik yang telah ditetapkan1. Di Eropa, topik debat bervariasi tergantung pada negara dan isu-isu yang sedang hangat. Di Afrika, topik debat juga bervariasi tergantung pada negara dan isu-isu yang relevan. Di Australia, topik debat biasanya meliputi isu-isu seperti ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan pendidikan. Di Kanada, topik debat biasanya meliputi isu-isu seperti perubahan iklim, hubungan internasional, dan hak asasi manusia.
Gaya debat: Di Indonesia, debat capres-cawapres cenderung lebih sopan dan formal. Para calon lebih fokus pada program, visi, dan misi mereka. Mereka jarang menyerang pribadi lawan mereka, dan lebih menghormati giliran berbicara. Di Amerika Serikat, debat capres-cawapres cenderung lebih agresif dan personal. Para calon sering menyerang pribadi, karakter, dan rekam jejak lawan mereka. Mereka juga sering mengintervensi, menyela, atau mengejek lawan mereka saat berbicara. Di Eropa, debat capres-cawapres cenderung lebih sopan dan beradab, meskipun kadang-kadang ada juga yang saling menyerang secara verbal. Di Afrika, debat capres-cawapres cenderung lebih dem
Di Afrika, debat capres-cawapres cenderung lebih demokratis dan transparan, karena melibatkan pertanyaan dari publik, panelis, dan media sosial. Di Australia, debat capres-cawapres cenderung lebih santai dan humoris, karena para calon sering menggunakan lelucon atau sindiran untuk menarik perhatian. Di Kanada, debat capres-cawapres cenderung lebih dinamis dan interaktif, karena para calon sering berdebat secara langsung dan saling menantang.
Di Amerika Serikat, debat capres-cawapres cenderung lebih agresif dan personal. Para calon sering menyerang pribadi, karakter, dan rekam jejak lawan mereka. Mereka juga sering mengintervensi, menyela, atau mengejek lawan mereka saat berbicara . Di Eropa, debat capres-cawapres cenderung lebih sopan dan beradab, meskipun kadang-kadang ada juga yang saling menyerang secara verbal. Di Afrika, debat capres-cawapres cenderung lebih demokratis dan transparan, karena melibatkan pertanyaan dari publik, panelis, dan media sosial. Di Australia, debat capres-cawapres cenderung lebih santai dan humoris, karena para calon sering menggunakan lelucon atau sindiran untuk menarik perhatian. Di Kanada, debat capres-cawapres cenderung lebih dinamis dan interaktif, karena para calon sering berdebat secara langsung dan saling menantang.
Hasil Analisa Drone Emprit
Analisis jaringan sosial oleh Drone Emprit membuka jendela kepada dinamika percakapan yang terjadi di media sosial sehubungan dengan Debat Capres Perdana yang berlangsung semalam. Data yang berhasil dipetakan selama periode analisis tersebut menunjukkan bahwa perbincangan paling intens terfokus pada Anies dengan mencapai 48 ribu percakapan, diikuti oleh Prabowo dengan 40 ribu, dan Ganjar dengan 21 ribu.
Dalam persentase "share of voices," Anies menguasai pangsa diskusi dengan 44%, diikuti oleh Prabowo dengan 36%, dan Ganjar dengan 20%. Hasil ini mencerminkan tingkat keterlibatan dan popularitas yang tinggi bagi Anies, mengindikasikan sejauh mana masyarakat terlibat dalam mendiskusikan dan merespons posisi dan argumen yang disampaikan oleh masing-masing calon presiden. Lihat gambar di bawah ini.
Selanjutnya, ketika melibatkan analisis sentimen, terlihat bahwa Anies dan Ganjar sama-sama mendapatkan sentimen positif sebanyak 64%, sementara Prabowo menunjukkan angka yang sedikit lebih rendah dengan 48%. Ini mencerminkan bahwa respons positif terhadap Anies dan Ganjar lebih merata dan mendominasi percakapan, sementara Prabowo mungkin menghadapi beberapa tantangan dalam meraih dukungan positif secara konsisten.
Namun, dalam melihat sentimen negatif, Prabowo muncul sebagai figur yang paling banyak mendapatkan kritik dengan 41%, sedangkan Anies dan Ganjar memiliki angka lebih rendah masing-masing sebesar 27% dan 23%. Ini menandakan bahwa meskipun Prabowo mendapatkan perhatian yang signifikan, respons negatif terhadapnya lebih menonjol, sementara Anies dan Ganjar mungkin memiliki tingkat penerimaan yang lebih baik dalam hal respon negatif.
Secara keseluruhan, analisis jaringan sosial ini memberikan gambaran mendalam tentang sejauh mana Debat Capres Perdana memengaruhi percakapan publik di media sosial. Ini juga menunjukkan seberapa efektif masing-masing kandidat dalam mencapai dan mempertahankan dukungan serta mengevaluasi cara mereka merespon dan memanfaatkan dinamika opini publik selama acara tersebut.
Kalau ada Kejadian Lucu, Senyumin Aja
Debat capres-cawapres di Indonesia bisa saja memiliki beberapa kejadian lucu yang mengundang tawa atau senyum dari penonton. Berikut ini adalah beberapa contoh kejadian lucu yang bisa saja terjadi dalam debat capres-cawapres pertama:
- Saat moderator Velerina Daniel menanyakan kepada Anies Baswedan tentang bagaimana cara mengatasi masalah banjir di Jakarta, Anies Baswedan menjawab dengan mengatakan bahwa dia akan membangun waduk-waduk baru, menata sungai-sungai, dan mengembangkan sistem drainase. Namun, saat moderator Velerina Daniel menunjukkan bahwa Anies Baswedan sendiri pernah terjebak banjir saat menghadiri acara di Jakarta, Anies Baswedan tampak tertawa dan mengaku bahwa dia tidak menyangka banjir bisa sebesar itu .
- Saat moderator Ardianto Wijaya Kusuma menanyakan kepada Prabowo Subianto tentang apa itu metaverse, Prabowo Subianto tampak bingung dan menjawab dengan mengatakan bahwa metaverse adalah semesta yang berbeda dari dunia nyata. Moderator Ardianto Wijaya Kusuma kemudian menjelaskan bahwa metaverse yang dimaksud adalah dunia maya yang terintegrasi dengan teknologi virtual reality dan augmented reality .
- Saat moderator Velerina Daniel menanyakan kepada Ganjar Pranowo tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas udara di Indonesia, Ganjar Pranowo menjawab dengan mengatakan bahwa dia akan mengurangi emisi gas rumah kaca, menghijaukan lingkungan, dan mengedukasi masyarakat. Namun, saat moderator Velerina Daniel menunjukkan bahwa Ganjar Pranowo sendiri pernah terlihat merokok di depan publik, Ganjar Pranowo tampak malu dan mengaku bahwa dia sudah berhenti merokok sejak lama .
Happy debat dan Pemilu Kompasioner semuanya, mohon maaf kalau ada kurang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H