Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

AI Militer Zionis Israel dalam Peperangan di Gaza, Penerapan Kecerdasan Buatan Prematur yang Destruktif

4 Desember 2023   19:29 Diperbarui: 3 Maret 2024   22:53 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks hukum perang dan etika militer, prinsip utama adalah bahwa sasaran seharusnya adalah militer dan objek-objek yang memiliki nilai militer, bukan warga sipil atau fasilitas sipil yang tidak terlibat dalam konflik. Prinsip ini diatur oleh berbagai konvensi dan perjanjian internasional, seperti Konvensi Den Haag dan Konvensi Jenewa, yang menetapkan norma-norma tentang perlindungan warga sipil dan properti sipil selama konflik bersenjata.

Prinsip-prinsip utama konteks militer

Dalam konteks militer, prinsip-prinsip utama yang mengatur perilaku dan tindakan adalah sebagai berikut: Pertama, prinsip diskriminasi menegaskan bahwa hanya obyek-obyek yang memiliki nilai militer yang sah dijadikan sasaran. Penyerangan yang tidak membedakan antara militer dan warga sipil dilarang, menekankan pentingnya menghindari kerugian tidak sah terhadap warga sipil. Kedua, prinsip proporsionalitas menuntut bahwa serangan militer harus sesuai dengan kepentingan militer yang dikejar dan tidak boleh melebihi kerugian yang diharapkan pada pihak yang menyerang. Ini bertujuan untuk menjaga proporsi dan keseimbangan dalam penggunaan kekuatan militer. Ketiga, perlindungan terhadap warga sipil adalah prinsip yang menekankan bahwa warga sipil dan fasilitas sipil yang tidak terlibat langsung dalam konflik harus dihormati dan dilindungi. Serangan yang tidak membedakan dan memiliki tujuan menimbulkan kerugian tidak sah dianggap melanggar prinsip ini. Terakhir, prinsip peringatan menyatakan bahwa pihak yang menyerang seharusnya memberikan peringatan kepada warga sipil dan pihak sipil yang mungkin terkena dampak serangan, kecuali bila situasinya tidak memungkinkan. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini dianggap sebagai pelanggaran hukum perang, dengan konsekuensi hukum yang serius. Oleh karena itu, penargetan militer menjadi prinsip dasar dalam hukum perang untuk meminimalkan dampak yang tidak diinginkan pada warga sipil dan properti sipil selama konflik bersenjata.

Penerapan Kecerdasan di Dunia Militer

Kecerdasan buatan (AI) adalah salah satu teknologi yang paling berpengaruh di abad ke-21. AI telah merambah berbagai bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, hiburan, hingga militer. Namun, penggunaan AI dalam konteks peperangan tidaklah tanpa risiko dan tantangan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang beberapa aspek transformasi teknologi dan pertimbangan etis yang terkait dengan penerapan AI dalam sistem militer. AI dalam sistem militer dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti meningkatkan efisiensi, akurasi, dan daya tanggap sistem pertahanan. Beberapa contoh penerapan AI dalam sistem militer adalah sebagai berikut:

Sistem peluncur rudal yang terotomatisasi: AI memegang peran sentral dalam sistem peluncur rudal dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi target, mengendalikan tembakan, dan mengelola sumber daya. Penerapan teknologi ini tidak hanya meningkatkan kecepatan operasional, tetapi juga meningkatkan kompleksitas dalam deteksi serangan rudal. Dalam identifikasi target, AI menggunakan data dari berbagai sumber seperti radar, satelit, dan pesawat tak berawak untuk mengenali target potensial atau yang mengancam. Pentingnya kemampuan AI dalam mengenali pola, wajah, atau objek tertentu terbukti dalam penggunaannya oleh drone Israel yang memilih sasaran serangan roket di Jalur Gaza.

Sistem AI mengambil alih kendali tembakan pada sistem peluncur rudal, mengatur parameter seperti arah, kecepatan, ketinggian, dan waktu peluncuran. Melibatkan variabel-variabel seperti cuaca, medan, dan pertahanan musuh, AI memastikan respons yang efektif. Sebagai contoh, Iron Dome menggunakan AI untuk mendeteksi dan melacak roket atau rudal yang mengancam wilayah Israel serta secara otomatis menembakkan penangkalnya.

Dalam manajemen sumber daya, AI berperan dalam mengoptimalkan penggunaan bahan bakar, hulu ledak, dan peluru kendali dalam sistem peluncur rudal. Dengan menyesuaikan strategi dan prioritas berdasarkan situasi dan kondisi, AI memainkan peran penting, terlihat dalam rudal hipersonik Shaurya yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mengatur penggunaan bahan bakar dan arah penerbangan, mencapai kecepatan Mach 7,5 pada ketinggian rendah. Melalui implementasi ini, AI bukan hanya memberikan efisiensi operasional, tetapi juga memastikan adaptabilitas sistem peluncur rudal terhadap berbagai tantangan dan perubahan dalam konteks pertempuran.

Penerapan AI dalam sistem peluncur rudal tidak hanya meningkatkan akurasi dan responsivitas, tetapi juga memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lebih efisien. Namun, tantangan etis dan hukum seputar penggunaan teknologi ini dalam konteks militer harus diatasi dengan cermat untuk memastikan penggunaan yang aman dan bertanggung jawab.

Pemantauan dan pengintaian berbasis AI: Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pemrosesan data citra dan video yang diperoleh dari satelit, pesawat tak berawak, atau kamera lainnya merupakan terobosan penting dalam meningkatkan operasi intelijen dan keamanan. Teknologi ini tidak hanya mampu mengenali pola, wajah, atau objek tertentu, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam sistem pemantauan dan pengintaian untuk berbagai keperluan.

Pertama, AI dapat digunakan untuk pengidentifikasian ancaman potensial dengan memproses data dari berbagai sumber seperti radar, satelit, dan pesawat tak berawak. Melalui kemampuannya dalam mengenali pola, wajah, atau objek terkait target, AI dapat menjadi instrumen vital dalam mengidentifikasi dan memilih target serangan roket, seperti yang diimplementasikan oleh drone Israel di Jalur Gaza.

Kedua, dalam konteks keamanan intelijen, AI mengolah data citra dan video untuk mendukung operasi intelijen dan keamanan secara keseluruhan. Dengan kemampuannya mendeteksi perubahan, seperti kejadian jatuh atau perilaku yang tidak biasa, AI dapat diterapkan dalam sistem pemantauan lansia yang memberikan peringatan dan respons cepat terhadap masalah kesehatan atau keamanan.

Terakhir, peran AI meluas hingga ke analisis data sensor untuk deteksi dini ancaman. Dalam sistem deteksi dan peringatan dini, kecerdasan buatan digunakan untuk menganalisis data sensor dan memberikan respons cepat. Sebagai contoh, sistem Iron Dome memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan melacak roket atau rudal yang mengancam wilayah Israel, serta secara otomatis menembakkan penangkalnya. Melalui penerapan AI pada berbagai aspek sistem pemantauan dan pengintaian, teknologi ini berpotensi meningkatkan efektivitas, kecepatan, dan akurasi dalam mendeteksi dan merespons ancaman keamanan.

Sistem keamanan siber yang cerdas: Sistem keamanan siber yang cerdas memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi ancaman siber kompleks dan dinamis yang ditujukan pada sistem militer. Dengan teknologi ini, sistem militer dapat dilindungi dari serangan siber yang berpotensi merusak atau mengambil alih kendali. AI digunakan dalam sistem keamanan siber untuk tujuan beragam, termasuk mendeteksi ancaman yang kompleks dan dinamis yang dapat menyasar sistem militer atau sipil.

AI dapat menggunakan teknik pembelajaran mesin untuk memahami pola-pola yang tersembunyi dalam data dan mengidentifikasi perilaku yang mencurigakan. Melalui kemampuan ini, AI mampu mendeteksi serangan siber sebelum merusak jaringan atau mencuri data berharga. Selanjutnya, AI dapat memberikan perlindungan terhadap sistem militer atau sipil dengan menerapkan teknologi enkripsi, otentikasi, dan firewall untuk mencegah akses yang tidak sah atau manipulasi data. Selain itu, AI dapat menggunakan teknologi pemulihan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh serangan siber.

AI tidak hanya meningkatkan keamanan, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan produktivitas tim keamanan siber. Ini dicapai dengan menyediakan informasi dan solusi yang relevan melalui penggunaan model bahasa besar untuk menghasilkan ringkasan insiden, rekomendasi tindakan, dan laporan kepatuhan. Lebih lanjut, AI dapat mengotomatiskan respons insiden, mempercepat investigasi, dan melakukan triase peringatan, mengurangi beban kerja analis keamanan. Dengan demikian, penggunaan AI dalam sistem keamanan siber membuka potensi untuk melindungi infrastruktur kritis dan data sensitif dengan lebih efektif dan efisien. AI dalam sistem keamanan siber yang cerdas memiliki keuntungan dalam hal kecepatan, akurasi, dan daya tanggap.

Simulasi tempur dan pelatihan: AI dapat digunakan untuk melatih personel militer dan mengembangkan strategi pintar berdasarkan pemodelan dinamis dari medan pertempuran. Teknologi ini dapat meningkatkan keterampilan dan kesiapan personel militer dalam menghadapi situasi nyata. AI menjadi komponen kunci dalam sistem simulasi tempur dan pelatihan dengan tujuan beragam. Pertama, dalam melatih personel militer, AI memungkinkan pengembangan keterampilan dalam skenario pertempuran yang realistis dan menantang tanpa risiko cedera atau kematian. Teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dimanfaatkan untuk menciptakan lingkungan virtual yang meniru situasi aslinya, seperti yang terlihat dalam Synthetic Training Environment (STE) milik Angkatan Darat Amerika. Sistem ini memadukan AR dan VR untuk mensimulasikan berbagai skenario latihan, mulai dari perang perkotaan hingga operasi kontra-pemberontakan.

Selanjutnya, AI digunakan untuk mengembangkan strategi pintar dengan merinci pemodelan dinamis dari medan pertempuran. Dengan menerapkan teknik pembelajaran mesin (ML) dan pembelajaran penguatan (RL), AI dapat memahami pola yang tersembunyi dalam data dan menghasilkan keputusan optimal. Sebagai contoh, program AlphaDogfight dari Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) menggunakan AI untuk melatih jet tempur otonom dalam pertempuran udara, menciptakan strategi adaptif untuk mengalahkan pilot manusia

Terakhir, dalam meningkatkan keterampilan dan kesiapan personel militer, AI memberikan umpan balik dan evaluasi yang objektif serta tepat waktu. Menggunakan teknologi natural language processing (NLP) dan computer vision (CV), AI dapat mengenali perilaku, emosi, dan performa personel militer dalam simulasi. Contohnya adalah Intelligent Tutoring System (ITS) yang memberikan instruksi dan bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individu. Kehadiran AI dalam sistem simulasi tempur dan pelatihan membawa keuntungan signifikan dalam hal efektivitas, efisiensi, dan fleksibilitas, memberikan personel militer pengalaman pelatihan yang mendekati realitas tanpa mengorbankan keamanan atau kesehatan.

Pengolahan data cepat untuk pengambilan keputusan: AI memainkan peran kunci dalam sistem pengolahan data cepat untuk pengambilan keputusan, melayani berbagai tujuan yang melibatkan analisis data besar dengan kecepatan tinggi. Teknologi ini secara cepat menganalisis data dari sumber dan format yang beragam, termasuk teks, gambar, video, suara, dan sensor, untuk memberikan informasi yang relevan di tingkat strategis dan taktis. Sebagai contoh, Angkatan Udara Amerika menggunakan sistem AI untuk menganalisis data intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR), memberikan rekomendasi tindakan kepada komandan.

Selain itu, AI memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan efektif dalam situasi kritis dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan skenario. Melalui teknik pembelajaran penguatan, optimisasi, dan simulasi, sistem AI Angkatan Laut Amerika dapat mempelajari pola-pola tersembunyi dalam data dan menghasilkan keputusan optimal, termasuk alokasi sumber daya, penempatan kapal, dan manuver dalam pertempuran laut.

Tidak hanya itu, implementasi AI meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan dengan menyediakan penjelasan dan justifikasi yang mudah dipahami. Melalui teknik visualisasi, interpretasi, dan generasi bahasa alami, sistem AI yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan keuangan negara memberikan laporan kepatuhan yang jelas dan terperinci, memastikan bahwa dasar keputusan dapat dipahami dengan baik. Dengan kecepatan, akurasi, dan daya tanggap yang dimilikinya, AI dalam sistem pengolahan data cepat untuk pengambilan keputusan membawa dampak positif pada efisiensi dan efektivitas dalam berbagai konteks pengambilan keputusan.

Beberapa Negara yang telah menerapkan AI pada system militernya

Banyak negara telah dan sedang mengembangkan sistem AI untuk militer. Beberapa negara yang telah mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dalam sistem dan teknologi militernya mencakup:

Amerika Serikat, yang menempati posisi terdepan dalam pengembangan dan penerapan AI di bidang pertahanan. Contohnya mencakup sistem Iron Dome, menggunakan AI untuk mendeteksi dan melacak ancaman roket; Synthetic Training Environment (STE), yang melibatkan AI dan teknologi augmented reality (AR) serta virtual reality (VR) untuk melatih personel militer; dan AlphaDogfight, memanfaatkan AI untuk melatih jet tempur otonom dalam pertempuran udara.

China, yang menjadi pesaing utama Amerika Serikat dalam menggabungkan AI dan pertahanan. China mengaplikasikan AI dalam sistem seperti Sharp Sword, pesawat tak berawak (UAV) yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan untuk serangan presisi; Divine Eagle, UAV yang menggunakan AI untuk pengintaian dan pemantauan target strategis; serta Cloud Brain, platform AI yang mengintegrasikan data dan memberikan informasi dan solusi untuk pengambilan keputusan militer.

Rusia, dengan ambisi besar dalam mengembangkan AI dalam pertahanan. Contohnya termasuk Uran-9, kendaraan tempur lapis baja (AFV) yang dilengkapi dengan AI untuk operasi tanpa awak; Poseidon, torpedo nuklir bertenaga AI untuk menghancurkan target bawah air; dan Avangard, rudal hipersonik yang mengandalkan AI untuk mengatur arah dan kecepatan.

Turki, yang telah mengembangkan sistem militer seperti drone, rudal, dan tank dengan penerapan AI. Bayraktar TB2, drone tempur dengan AI untuk serangan presisi; SOM-J, rudal jelajah menggunakan AI untuk menghindari deteksi radar dan mengenali target dengan akurasi tinggi; dan Altay, tank tempur utama dengan AI meningkatkan kemampuan navigasi, penglihatan, dan tembakan.

Sistem dan Teknologi AI Militer Indonesia

Indonesia, menunjukkan minat dan komitmen dalam mengadopsi AI dalam pertahanan, termasuk penggunaan AI oleh Pemerintah untuk analisis data keuangan dan laporan kepatuhan, Badan Intelijen Negara (BIN) untuk operasi intelijen, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk pengembangan teknologi pertahanan baru.

Indonesia menggunakan AI dalam bidang pertahanan untuk berbagai tujuan, seperti menganalisis data pengelolaan keuangan negara dan memberikan laporan kepatuhan yang jelas dan terperinci. Sistem AI yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia dapat mengolah data dari berbagai sumber dan format, seperti teks, gambar, video, suara, dan sensor. Sistem AI ini dapat mendeteksi penyimpangan, pelanggaran, atau korupsi dalam pengelolaan keuangan negara, dan memberikan rekomendasi tindakan yang sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Mendukung operasi intelijen dan keamanan nasional. Sistem AI yang digunakan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dapat mengidentifikasi ancaman potensial atau mengancam, baik dengan menggunakan data dari radar, satelit, pesawat tak berawak, atau sumber lainnya. Sistem AI ini dapat mengenali pola, wajah, atau objek tertentu yang berkaitan dengan target. Sistem AI ini juga dapat mengolah data citra dan video yang diperoleh dari satelit, pesawat tak berawak, atau kamera lainnya, untuk mendukung operasi intelijen dan keamanan.

Mengembangkan teknologi pertahanan baru, seperti pesawat nirawak, radar, dan sistem komando dan kontrol. Sistem AI yang digunakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dapat menggunakan teknik pembelajaran mesin, analisis perilaku, dan pemrosesan bahasa alami untuk mengembangkan teknologi pertahanan yang lebih canggih dan efektif. Sistem AI ini dapat meningkatkan kemampuan navigasi, penglihatan, dan tembakan pesawat nirawak; meningkatkan kecepatan, akurasi, dan daya tanggap radar; dan meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan daya tanggap sistem komando dan kontrol.

Penggunaan AI dalam Peperangan di Gaza

Salah satu contoh yang menunjukkan bahaya dan kontroversi yang ditimbulkan oleh penggunaan AI dalam peperangan adalah kasus Gaza. Israel diketahui menggunakan AI untuk menentukan sasaran di Gaza dan melakukan serangan yang sengaja menyasar bangunan perumahan warga sipil. Tujuan dari serangan ini adalah untuk menekan tekanan sipil terhadap Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza.

Namun, penggunaan AI dalam menentukan target tidak bebas dari kesalahan dan risiko yang serius. Salah satu kesalahan fatal yang terjadi adalah kurangnya validasi target oleh operator militer. Dalam beberapa kasus, AI dapat memutuskan untuk menembak tanpa validasi yang tepat, mengakibatkan serangan yang tidak terkendali dan berpotensi mengakibatkan korban sipil yang tidak bersalah.

Penggunaan AI dalam peperangan memunculkan tantangan etis dan hukum yang kompleks. Perlunya menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan perlindungan hak asasi manusia menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan. Selain itu, perlunya mengembangkan standar dan regulasi yang mengatur penggunaan AI dalam peperangan menjadi salah satu langkah yang perlu dilakukan.

AI dalam peperangan adalah sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari. Namun, penggunaan AI dalam peperangan tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penggunaan AI dalam peperangan harus dilakukan dengan bijak, bertanggung jawab, dan berhati-hati. Penggunaan AI dalam peperangan harus dilakukan dengan menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Penggunaan AI dalam peperangan harus dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan bagi semua.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun