Tapi itu bukan menjadi bahasan artikel ini, yang menjadi bahasan adalah 1 kata yang muncul tadi.
Kenapa saya bisa berpikir bahwa hal itu adalah betrayal (pengkhianatn)? Yah, selain ilmu agama saya kurang. Mungkin, selama ini sebagai manusia saya sudah sampai di titik tidak tahu diri yang lumayan parah sehingga berpikir bahwa segala organ yang saya miliki adalah milik saya.
Kemudian, Tuhan cukup baik sudah mau menampar saya dengan realita dibungkus ilmu.
Mungkin, faktor lain yang membuat saya berpikir demikian adalah pikiran egois bahwasanya jika kulit saja “cepu” nih soal dosa manusia yang ada di dunia, bukankah kulit atau organ dalam tersebut pada akhirnya juga akan menanggung konsekuensi dari ke-“cepu” an mereka tersebut, yakni sama-sama menderita di neraka? Pikiran saya saat itu adalah bahwasanya roh, pendengaran, penglihatan, dan kulit seorang manusia saat nanti dihadapkan oleh Tuhan-Nya, sebaik-baiknya Hakim, akan setidaknya “bekerjasama” untuk menutup segala kebusukan yang mereka lakukan di dunia. Yah, meskipun nanti pada akhirnya sia-sia sih. Lagipula di akhirat nanti kan bukan lagi sama di dunia yang mana vonis Hakim Agung bisa berubah setelah makan malam dan mengobrol santai dengan Pengacara pihak A.
Akan tetapi, kenyataannya tidak begitu, pada akhirnya, manusia hanya akan berdiri sendiri sedangkan “penglihatan, pendengaran, dan kulit” mereka akan “berontak” dari pikiran licik manusia untuk menutup-nutupi hal jahat yang telah mereka lakukan di dunia. Jadi intinya, dalam 1 tubuh nanti, akan nada 2 kubu yang berbeda?
Dari hadis Nabi saw yang diriwayatkan dari Anas bin Mālik, ia berkata:
...“Kemudian ditutuplah mulut orang itu dan dikatakan kepada anggota-anggota badannya, ‘Berbicaralah’, maka anggota-anggota badan itu menerangkan perbuatannya.” Rasulullah berkata, “Kemudian dibiarkan orang itu berbicara terhadap anggota badan mereka.” Nabi berkata, “Maka hamba itu berkata (kepada anggota badannya), ‘Celaka dan hancurlah kamu semua. Aku ini berjuang untuk membela kamu’.”(Riwayat Muslim dan Ibnu Ḥibbān)
Tapi kenapa sih, ke-3 saksi krusial ‘milik manusia’ ini, yakni penglihatan, pendengaran, dan kulit, akan berontak dan tidak membela manusia? Alih-alih malah membeberkan semua hal yang notabene akan ‘mencelakakan’ diri mereka sendiri?
Karena sekali lagi, kita sebagai manusia pada hakikatnya tidak memiliki apapun, termasuk penglihatan, pendengaran, dan kulit kita. Semua itu hanyalah pemberian, atau... titipan? Dari Tuhan yang seharusnya kita manfaatkan sebaik-baiknya saat berada di dunia yang singkat ini. Ketika Tuhan memerintahkan untuk bersaksi atas perbuatan manusia di dunia, tentu saja daripada mendengarkan ‘perintah’ manusia untuk tidak mengatakan dosa-mu, trio saksi (penglihatan, pendengaran, dan kulit) ini akan lebih mendengarkan perintah yang Dzat yang menciptakan mereka, daripada mendengarkan sang manusia yang tidak memiliki apapun.
In summary, we own nothing in this world.
“Nothing in the world belongs to me
But my love mine, all mine, all mine,” – Mitski, My Love Mine All Mine
Loh, kok jadi kutip lagu Mitski? Musik itu haram.