Mohon tunggu...
Aulia Bintang
Aulia Bintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi di Universitas bhayangkara jakarta raya

Aspiring writer from universitas bhayangkara jakarta raya(fakultas ilmu komunikasi/dosen pengantar saeful mujab) love history and games

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Media sebagai Hiburan: Perubahan Teknologi dan Konsekuensinya

17 November 2024   17:33 Diperbarui: 17 November 2024   17:34 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kehidupan manusia mengalami transformasi signifikan seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Di era modern ini, media telah berkembang pesat, menyediakan hiburan yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Namun, di balik manfaatnya, perubahan teknologi ini membawa konsekuensi yang tidak dapat diabaikan, terutama pada pola pikir dan kebiasaan manusia.  

Transformasi Teknologi Media dan Implikasinya

Marshall McLuhan, melalui teori media ecology, mengajukan gagasan bahwa media bukan hanya sekadar saluran penyampaian informasi, melainkan juga entitas yang mengubah pola interaksi dan struktur sosial. Pernyataannya, "The medium is the message," menegaskan bahwa media secara fisik memengaruhi masyarakat lebih dari kontennya sendiri.  

Sebagai contoh, TikTok, platform media sosial yang populer, telah menciptakan pola konsumsi hiburan yang sangat berbeda dibandingkan era televisi atau media cetak. Dengan durasi video pendek, TikTok memanjakan pengguna dengan konten yang cepat dan menarik perhatian. Namun, ini memiliki konsekuensi pada rentang perhatian. Penelitian dari Technical University of Denmark menunjukkan bahwa arus informasi konstan pada platform seperti TikTok mempersempit kemampuan fokus pengguna dari waktu ke waktu.  

Hilangnya Fokus dan Kebiasaan Konsumsi Media

Durasi video TikTok yang berkisar antara 15 hingga 60 detik menurunkan kemampuan pengguna untuk menikmati konten berdurasi panjang. Orang-orang yang sebelumnya dapat menikmati tayangan berdurasi 10 hingga 30 menit kini lebih mudah kehilangan minat. Kebiasaan ini tidak hanya memengaruhi cara seseorang mengonsumsi media tetapi juga cara mereka memproses informasi secara keseluruhan.  

Neil Postman, dalam bukunya Amusing Ourselves to Death, mengkritisi transformasi media yang mengalihkan masyarakat dari diskursus rasional menuju hiburan. TikTok, dengan konsep For You Page (FYP), terus menghadirkan konten yang disesuaikan dengan preferensi pengguna, mendorong konsumsi berulang tanpa henti. Ini menunjukkan bahwa media bukan sekadar wadah, tetapi juga pembentuk kebiasaan dan pemikiran.  

Media sebagai Ekstensi Indera Manusia  

Menurut McLuhan, media adalah ekstensi dari indera manusia yang mengubah cara kita merasakan dunia. Ia membagi media menjadi dua kategori: hot media dan cool media. Hot media seperti radio dan film menyediakan informasi yang detail dan memerlukan sedikit partisipasi audiens. Sebaliknya, cool media seperti televisi dan komik mengundang audiens untuk aktif secara mental dan emosional.  

TikTok, sebagai platform berbasis video pendek, masuk dalam kategori cool media karena melibatkan audiens dalam proses penemuan konten yang relevan dengan minat mereka. Hal ini menciptakan pengalaman yang personal namun tetap memiliki efek negatif, seperti kecanduan media dan penurunan kemampuan berpikir kritis.  

Teknologi dan Demokrasi: Perspektif Ithiel de Sola Pool

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun