Sistem pemasaran mitra masih bersifat konvensional. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi mitra, diperlukan (1) pelatihan dan pendampingan penanganan mutu mulai dari penyiapan bahan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran serta hibah peralatan. (2) pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan Administrasi dan pembukuan usaha sederhana, pembuatan perencanaan produksi dan pemasaran (3) pelatihan dan pendampingan dalam diversifikasi produk, rasa dan ukuran kemasan, perbaikan kemasan dan pelebelan, perluasan jaringan pemasaran serta promosi.Â
Target dan output pelatihan yang telah dicapai (1) peningkatan mutu produk meliputi higenitas, bentuk produk serta kemasan. (2) Peningkatan kuantitas produk dari 15 kg dengan omset penjualan Rp. 300.000,- per minggu. Menjadi 30 kg perminggu. (3) Mitra dapat menerapkan manajemen sederhana, (4) Kemasan berlebel, Perluasan Pasar.
Kata kunci: Terasi, udang rebon, industri rumah tangga, UMKM, kewirausahaan
PendahuluanÂ
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial (Assauri, 2004). Industri kecil/industri rumah tangga menghadapi kendala strukturalkondisional secara internal, seperti struktur permodalan yang relatif lemah dan juga dalam mengakses ke sumber-sumber permodalan yang seringkali terbentur masalah kendala jaminan (collateral) sebagai salah satu syarat perolehan kredit (Hanan, 2003). Perkembangan industri kecil/industri rumah tangga tidak lepas dari berbagai macam masalah. Ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh industri kecil/industri rumah tangga yaitu keterbatasan modal kerja atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik (manajemen dan teknik produksi), kesulitan memperoleh informasi pasar, kesulitan pemasaran dan keterampilan teknis rendah, serta teknologi produksi sederhana.
Rendahnya keterampilan teknis dari para pekerja berakibat pada sulitnya standarisasi produk. Begitu juga penggunaan teknologi produksi yang sederhana mengakibatkan mutu produk yang dihasilkan bervariasi. Dalam perekrutan pekerja lebih ditekankan kepada aspek kekeluargaan, yaitu lebih mementingkan kedekatan hubungan dibandingkan dengan keahlian yang dimiliki. Dalam manajemen tidak ada spesialisasi bahkan seringkali pemilik menangani sendiri. Dalam menjalankan usahanya tidak terdapat job description yang jelas. Disamping itu tingkat perputaran tenaga kerja tinggi, hal ini akan mengakibatkan sulitnya menjadikan tenaga kerja menjadi betul-betul ahli. Kondisi administrasi keuangan yang lemah, seringkali juga menjadi penyebab sulitnya mengajukan kredit ke pihak ketiga, sebab para investor baru mau menanamkan uangnya jika terjamin keamanannya. Artinya uang yang ditanamkan dijamin akan kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan. Lemahnya administrasi keuangan mengakibatkan sulitnya melakukan penilaian kelayakan (Tambunan, 2003).
Metode PelaksanaanÂ
Waktu dan Tempat Pelaksanaan.Â
Kegiatan dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Juni sampai bulan Nopember 2017. Tempat kegiatan didusun Je'ne Desa Lagaruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.
Metode Pelaksanaan.Â
Kegiatan dilakukan dalam 3 tahapan yaitu: Persiapan Pelaksanaan kegiatan, Pelatihan pembuatan produk terasi higenis dan pendampingan, manajemen dan pemasaran.