Struktur kimia amfetamin, sangat penting dalam menentukan efek farmakologis yang mendukung manfaat terapeutik yang cukup besar dan juga kecenderungannya untuk disalahgunakan.Â
Amfetamin memiliki struktur yang sangat mirip dengan neurotransmiter katekolamin terutama pada adanya konformasi planar yang panjang, adanya cincin aromatik dan nitrogen dalam rantai samping aril. Kesamaan struktur ini merupakan dasar cara kerja amfetamin.Â
2. MetabolismeÂ
Amfetamin diketahui dimetabolisme oleh hati di bawah aksi CYP2D6. Jalur metabolisme amfetamin utamanya ditentukan oleh hidroksilasi aromatik, hidroksilasi alifatik, dan n-dealkilasi. Metabolit yang terbentuk pada jalur ini adalah 4-hidroksiamfetamin, 4-hidroksinorefedrin, asam hipurat, asam benzoat, benzil metil keton (phenylacetone), dan phidroksiamfetamin yang diketahui bersifat halusinogen poten. F. Potensi Penyalahgunaan Prekursor Benzyl Methyl Ketone (BMK) paling sering digunakan sebagai prekursor untuk pembuatan amfetamin. Penggunaan BMK yang sah dalam industri kimia dan farmasi terbatas pada pembuatan amfetamin dan metamfetamin serta turunannya. Penggunaan BMK tambahan yang sah adalah produksi radikal benzil, melalui fotolisis, yang pada gilirannya digunakan untuk produksi propilheksedrin, dekongestan yang sering disalahgunakan dan memiliki dampak yang lebih mengerikan daripada narkoba.Â
Metamfetamin (di Indonesia dikenal sebagai sabu-sabu) adalah obat psikostimulan yang sangat adiktif yang merupakan turunan dari amfetamin. Metamfetamin mudah disintesis dari bahan kimia yang murah dan mudah didapat. Karakteristik ini telah menyebabkan penyalahgunaan yang meluas dan merajalela di seluruh dunia, saat ini diperkirakan mencapai 33 juta pengguna berdasarkan laporan United Nations Office on Drugs and Crime World Drug 2016. Di Amerika Serikat, ada lebih dari 150.000 kunjungan
Profesi apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam sistem kesehatan. Tugas mereka sebagai penjamin kualitas obat dan alat kesehatan adalah tugas yang vital dan kompleks. Dengan memahami dan merespons dinamika kebijakan publik dengan cara yang tepat, apoteker dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk itu, investasi dalam pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi calon apoteker adalah suatu keharusan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H