Mohon tunggu...
Aulia ShabrinaFitri
Aulia ShabrinaFitri Mohon Tunggu... Lainnya - Pemula

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu [Q.S Al-Hadid : 20]

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Adzan dan Anjing?

13 Maret 2022   23:19 Diperbarui: 13 Maret 2022   23:27 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Selain itu jika ditinjau  berdasarkan konteks tuturan dalam pernyataan tersebut, dimana beliau sedang membahas dua hal yang sama-sama menghasilkan suara yaitu suara adzan dan gonggongan anjing. Apalagi sebelum mengatakan terkait gonggongan anjing, beliau juga menambahkan contoh-contoh lain yang serupa dengan kasus suara adzan seperti penggunaan bunyi toa pada rumah ibadah milik agama lain. 

Maka dari itu tak heran jika publik berasumsi bahwa secara tidak langsung menteri agama membandingkan atau menyandingkan antara suara adzan dengan gonggongan anjing.

Setiap tuturan pasti selalu lebih sedikit dibandingkan dengan apa yang ingin disampaikan dalam tuturan tersebut. Hal ini sejalan dengan contoh pernyataan yang di tuturkan oleh menteri agama, dimana ada maksud tertentu dibalik tuturan yang dikeluarkannya. 

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa hal yang ingin di sampaikannya antara lain suara adzan merupakan sesuatu yang serupa dengan gonggongan anjing. Hal ini karena beliau membuat anologi yang masih dalam satu konteks yaitu sesuatu gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh kerasnya suara baik itu dari toa, gonggongan anjing, dan suara truk. 

Jika mengutip kepada pakar psikologi forensik yaitu Reza Indragiri Beliau menyatakan dengan menggunakan teori Metafora, bahwa kata anjing itu masuk dalam kategori kelas rendah. Sehingga jika membandingkan adzan dengan gonggongan anjing yang masuk ke dalam kategori kelas rendah tentu akan menimbulkan persepsi publik sebagai penghinaan ataupun pelecehan. Sedangkan maksud lainnya yang hendak dikatakannya berupa adzan itu mengganggu layaknya gongongan anjing, hal ini tentu melukai hati umat islam Ketika sesuatu yang suci dan sakral dianggap mengganggu sama hal nya gonggongan anjing.

Terlebih lagi pemaknaan kata anjing bagi kaum muslim itu sangat berbeda dengan nonmuslim. Dimana umat muslim mengangap anjing adalah suatu yang dilarang dan najis. Sehingga jika hal ini disandingkan dengan adzan yang merupakan sesuatu hal yang bersumber secara ilaiah dan sakral kemudian tiba-tiba disandingkan dengan sesuatu yang dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang najis. Banyak sekali hadist-hadist yang menyatakan terkait pemaknaan anjing dalam islam antara lain. 

"Barangsiapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk menjaga ternak, berburu dan bercocok tanam, maka pahalanya akan berkurang setiap satu hari sebanyak satu qirath." (HR Muslim dan Abu Dawud). Hadist merupakan pedoman kedua setelah Al-Quran yang wajib diikuti oleh pengikut ajaran islam. Seseorang yang menganut agama islam diharuskan untuk tidak memelihara anjing kecuali untuk kepentingan seseorang tersebut.

Adapun pernyataan tersebut jika ditinjau dengan teori maksim bahwa tuturan tersebut telah melakukan pelanggaran terhadap keseluruhan jenis maksim dalam konteks komunikasi 

(1) Maksim kualitas, dimana menyandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing ini sangat merendahkan. Jadi tuturan tersebut sudah melakukan pelanggaran terhadap kualitas informasi yang ingin disampaikan. 

(2) Maksim kuantitas, dalam tuturan yang cenderung berlebihan dimana sesuatu yang tidak level dan tidak setara kemudian dicoba untuk disandingkan. Sehingga menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.

(3) Pelanggaran prinsip relevansi, dimana sangat tidak relevan jika menyandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing baik itu dilihat dari makna tekstual maupun makna kontekstual. (4) Pelanggaran prinsip cara,  jadi cara tuturan tersebut dengan menyandingkan itu  menimbulkan luka kepada petutur karena ada pihak yang secara konvensi itu sangat terganggu keyakinannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun