Mohon tunggu...
Aurelius Haseng
Aurelius Haseng Mohon Tunggu... Freelancer - AKU yang Aku tahu

Mencari sesuatu yang Ada sekaligus tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyotaimori: Duyun Labuan Bajo

30 Desember 2020   11:29 Diperbarui: 30 Desember 2020   12:00 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Cimeng berbisik, "satu aturan penting buatmu: jangan banyak tanya." Lalu ia mencolek sikuku dengan tatapan menuju mini bus yang menepi di pantai, "itu para tamu spesial kita."

Mulut ku katup erat-erat. Aku mengikuti langkah si Cimeng ke dalam speadboat, bersama dua teman lainnya. Sedangkan tamu lainnya, sudah mendahului, tinggalkan pantai tanpa gaduh.

Ketika semua tiba, kapal itu membawa kami menjauhi pantauan cahaya kota. Perlahan-lahan mencari sunyi di balik pulau Kanawa. Tak diendus oleh mata-mata para pendakwah surga.

Dengan menjadi pelayan, aku leluasa saksikan. Remang-remang cahaya dan alunan musik riang terukur. Pesta di atas Penisi itu dimulai. Gadis-gadis lokal pilihan, bertelanjang, berbaris menari di atas deck kapal. Sementara para tamu duduk memandang dengan mata berburu. Melucuti gadis-gadis itu seperti seorang juri.

Pada dada gadis-gadis itu ditempelkan nomor. Lenggak-lenggok menggoda para tamu untuk memilih. Tidak sesederhana dugaanku: ternyata ada pelelangan. Berdiri di hadapan tamu, seorang perempuan paruh baya, mematok harga dengan tawaran tinggi. Gadis-gadis itu tidak semurah yang dipikirkan. Suara sahut-menyahut terdengar, tamu hamburkan dolar tanpa kalkulasi.

Aku dan pelayan-pelayan datang membawakan meja berukuran besar. Berantrian kemudian, bahan-bahan makanan, peralatan dan pakaian chef. Gadis-gadis itu tidur terlentang di atas meja. Pajangkan tubuh mulus dan elok, mengganti piring.

Lima orang dari tamu itu mengenakan pakaian chef, menyajikan masakan dan makanan di atas tubuh gadis-gadis itu. Titik-titik intim tubuh dihiasi dengan makanan. Nyotaimori. Suguhan istimewa dari kaum sosialita. Ya, pikiran akademisku terbuka: mereka adalah sashimi girl, wanita yang tubuh dihidangkan sushi sambil telanjang.

Saat itu, langkahku terhenti. Tanpa aku sadari, bola mataku berbenturan dengan gadis yang akrab dalam pandangan dan ingatanku. Siswiku. Alia. Mata kami beradu pandang, seperti tak menyangka bahwa perjumpaan ini bisa terjadi. Cahaya matanya seperti mengucapkan risih dengan keadaannya. Tapi ia tak berdaya.

Ya. Alia bukan Alia yang aku kenal di sekolah. Alia yang ini, Alia lain. Sisi kedua dan berbeda, yang aku jumpai dari Alia. Aku kagum. Ia sungguh profesional. Raut wajahnya langsung berubah rupa menjadi adam, berseri-seri tanpa tinggalkan ketegangan. Aku pun tak mau kalah. Aku juga mesti profesional, alihkan perhatian seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Dari kejauhan, di kumpulan pelayan, mataku hanya terarah pada Alia. Antara sisi kejantanan versus kemanusiaan berselisih pendapat hingga mendera pikiranku. Satu sisi aku puas lahap kemolekan tubuh tanpa benang, tampilkan titik-titik betina yang sering terlintas dalam khayalan-khayalan liarku. Pada sisi kemanusiaan, aku seperti dicaci-maki tidak berguna, sebab tak mampu melindungi kewanitaannya.

Para tamu melingkari barisan tubuh-tubuh telanjang, melahap habis suguhan sashimi. Mereka tampak puas, terdengar dari cekikan dan tawa terbahak-bahak. Dari krumunan suara jantan itu, beberapa suara gadis sashimi merintih sakit, juga keluar suara-suara desahan, yang menambah riuh canda tawa mereka.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun