Valentino Rossi adalah pebalap hebat  Namun, sejago apa pun mereka di lintasan balap, mereka dinilai tak mungkin lulus tes SIM di Indonesia.
Pengguna Twitter, Buya Eson, melalui akun pribadinya (@emerson_yuntho) mengeluarkan surat terbuka kepada Jokowi. Perihalnya adalah "Permintaan Membenahi Samsat dan Satpas" yang juga diberi tembusan kepada Menko Polhukam Mahfud MD dan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit.
Intinya, Eson merasa resah dengan sistem pelayanan publik SAMSAT dan SATPAS Lewat surat terbuka itu, ia menyampaikan keluhannya.
"Dengan Hormat, Bapak Presiden, saya adalah warga yang lebih 20 tahun merasa resah dan prihatin dengan pelayanan publik khususnya di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan Satuan Penyelenggara Administrasi SIM (SATPAS) yang hingga saat ini belum bebas dari praktik pungutan liar (pungli) dan percaloan," tulisnya.
Ia mengatakan bahwa maraknya pungli dan calo di SAMSAT dan SATPAS seringkali memaksa warga untuk melakukan tindakan melanggar hukum. Ia pun mengeluhkan tes ujian SIM di Indonesia yang tidak masuk akal dan mungkin bisa membuat Valentino Rossi juga bisa gagal.
"Praktik pungli dan percaloan juga terjadi dalam urusan pembuatan dan perpanjangan SIM di SATPAS. Warga juga mengeluhkan ujian teori yang tidak transparan dan ujian praktik perolehan SIM yang dinilai tidak masuk akal. Dengan model ujian praktik seperti ini, publik percaya Valentino Rossi juga tidak mungkin memperoleh SIM C di Indonesia," tulis Eson.
"Akibat sulitnya prosedur mendapatkan SIM, survei sederhana menunjukkan bahwa 3 dari 4 warga Indonesia 75% baik sengaja atau terpaksa memperoleh SIM dengan cara yang tidak wajar (membayar lebih dari seharusnya, menyuap petugas, tidak mengikuti prosedur secara benar)," lanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H