Padahal tanpa disadari gen z itu memiliki kebebasan dan juga banyak pilihan yang bisa mereka pilih dan juga mereka miliki yang akhirnya membuat mereka memilih keinginan mereka masing-masing dan juga dengan beragam sehigga mereka berpencar dan terbentuklah generasi yang merasa paling sendiri atau tidak punya siapa-siapa padahal mereka itu pintar dan mampu, selain itu juga biasanya lebih memperhatikan kebahagiaan dirinya daripada harus melakukan apa yang mereka tidak inginkan dan menurut Reymond ini berbahaya.
Seperti halnya kata-kata Soekarno yang sering kita dengar, berikan saya 10 pemuda maka akan kita guncangkan dunia. Peran anak muda itu berpengaruh besar dalam kehidupan. Kebiasaan malas dan enggan mencerna sesuatu yang sedikit lebih berat dari yang pernah di lewati akan membuat kita mundur, itu bukanlah satu jawaban yang tepat dilontarkan anak muda saat ini.
Berani bersuara, berani menyampaikan gagasan, memperkaya pemikiran dengan pendidikan dan informasi-informasi yang ada akan membantu kita untuk berproses dan membentuk sebuah kerangka berpikir baru dalam diri kita. Hal ini dianggap penting dilakukan dalam proses  menentukan pilihan.
Namun pada keyataannya Saat ini tidak semua anak muda melek politik, apalagi di daerah seperti di Aceh Barat. Tidak semua anak muda itu tertarik dengan isu politik, bagi mereka yang paham pasti sudah bisa menilai, tetapi bagaimana dengan orang-orang yang cuek bahkan ogah-ogahan untuk membahas isu politik.
Tingkat pengetahuan anak muda khususnya bagi anak-anak yang baru saja mengetahui dunia politik ini sangatlah menjadi bumerang bagi dirinya masing-masing. Karena apa yang diterimnya lewat sosial media itu sangat beragam dan sangat membuat bingung, jangankan bagi anak muda bagi orang-orang yang sudah berpengalaman mengikuti pemilu juga kewalahan untuk menerima informasi dan menentukan kandidat yang dipilih.
Bagi anak muda yang akan terus terlena dan merasa sepele dengan isu politik karena menurutnya sangat berat untuk dipikirkan, sehingga timbul pemikiran siapapun yang memimpin nasib kita juga sama. Ini bukannya tidak akan terjadi, tetapi pasti akan ada pemikiran seperti ini dan hal ini sangat mempengaruhi orang-orang khususnya anak muda yang baru bisa memilih untuk pertama kali agar dapat bijak menentukan pilihannya, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka tidak memilih atau menjadi golongan putih.
Sangat susah memilih pemimpin yang akan dipilih nantinya, ditambah lagi saat ini peran media sosial sangat memberi dampak kepada masyarakat. Bagi pemilih yang belum pernah mengenal dunia politik, Â ini akan sangat sulit untuk menentukan pilihan. Mereka cenderung memilih orang yang mereka anggap kenal dan populer, walau tidak semua orang memiliki cara pandang yang sama.
Kembali lagi kepada permasalahan yang ada di daerah yaitu tingkat pendidikan setiap orang itu berbeda-beda, oleh karena itu mempengaruhi pikiran dan juga hati merupakan salah satu aspek yang dapat di targetkan untuk membangunkan daya pikir kritis dan juga manajemen kontrol emosi yang baik pada masyarakat terkhusus bagi pemilih pemula.
Akan perlu banyak edukasi yang di berikan kepada pemilih pemula atau generasi z, dimana mereka ini sangat rentan dipengaruhi baik itu dari kalangan partai politik, masyarakat, pertemanan bahkan keluarga dapat mempengaruhi pilihan mereka.
Oleh karena itu hadirnya Komisi Independen (KIP) ini untuk dapat mensosialisasikan atau mengedukasi anak muda untuk paham apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ataupun diikuti oleh masyarakat.
Selama ini sosialisasi datang ke sekolah dan ke masyarakat sudah biasa dilakukan, namun tampaknya masih ada saja orang yang tidak memilih. Salah satu cara yang bisa di lakukan adalah dengan aktif di media sosial. Mengingat sasarannya adalah pemilih pemula yang di mayoritasi oleh generasi milenial dan generasi z yang jangkauan mainnya adalah lewat media sosial, sosialisasi atau edukasi lewat media sosial menjadi salah satu yang perlu dicoba dan dikembangkan.