1. Persaingan Global yang Ketat
Di era digital, persaingan kerja tidak lagi terbatas pada satu negara. Generasi Z harus bersaing dengan individu dari seluruh dunia yang memiliki keahlian serupa. Selain itu, otomatisasi dan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga mengancam banyak pekerjaan tradisional.
2. Ketimpangan Digital
Meski teknologi semakin maju, tidak semua Generasi Z memiliki akses yang sama terhadapnya. Di wilayah pedesaan atau negara berkembang, kurangnya infrastruktur seperti internet cepat menjadi hambatan utama. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam memanfaatkan peluang ekonomi digital.
3. Tekanan Sosial dan Kesehatan Mental
Ekonomi digital membawa ekspektasi tinggi untuk terus produktif dan terlihat sukses. Media sosial sering kali memicu tekanan psikologis akibat perbandingan dengan orang lain. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi meningkat di kalangan Generasi Z.
4. Kurangnya Kesiapan Keterampilan Praktis
Meskipun Generasi Z sangat fasih menggunakan teknologi, tidak semua memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti berpikir kritis, manajemen waktu, dan kemampuan berkolaborasi. Ketidakseimbangan ini dapat menghambat mereka di pasar tenaga kerja.
5. Krisis Kepercayaan terhadap Sistem
Generasi Z juga menghadapi ketidakpastian ekonomi yang membuat mereka skeptis terhadap sistem tradisional, seperti pendidikan formal yang dianggap tidak relevan dengan kebutuhan kerja di era digital.
---