Mohon tunggu...
Aufaa Akhmad
Aufaa Akhmad Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Terimakasih atas kunjungan nya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Gelapnya Dunia Pendidikan: Perundungan Mengancam Kesehatan Mental Calon Dokter Spesialis

27 April 2024   22:06 Diperbarui: 2 Mei 2024   14:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program pendidikan dokter spesialis merupakan tahap kritis dalam pembentukan para profesional medis. 

Namun, tahap ini juga seringkali diwarnai oleh tekanan yang luar biasa, yang dapat berdampak serius pada kesejahteraan mental para mahasiswa dokter. 

Di artikel kali ini, kita akan sama-sama membahas fenomena depresi dan perundungan dalam pendidikan kedokteran, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini.

Hasil skrining Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 22,4% mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) mengalami gejala depresi. 

Bahkan lebih mengkhawatirkan, sekitar 3% dari mereka mengaku memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup atau melukai diri sendiri. 

Mengapa hal ini terjadi?

1. Tekanan Akademis Tinggi

Program pendidikan dokter spesialis memerlukan komitmen tinggi terhadap pembelajaran dan penelitian. 

Beban akademis yang berat, ujian, dan tuntutan praktik klinis dapat memicu stres dan depresi.

2. Beban Kerja

Mahasiswa dokter seringkali menghadapi beban kerja yang berlebihan. 

Jam kerja panjang, jadwal yang padat, dan tanggung jawab terhadap pasien dapat menguras energi dan mengganggu keseimbangan hidup.

3. Struktur Hierarki

Lingkungan kedokteran yang hierarkis dapat menciptakan ketidaksetaraan dan perasaan tidak berdaya. 

Mahasiswa kedokteran seringkali merasa tertekan oleh atasan dan senior mereka.

Perundungan dalam Lingkup Kedokteran

Perundungan (bullying) adalah masalah serius dalam pendidikan kedokteran. Beberapa faktor yang menyebabkan perundungan antara lain:

1. Stigma Terhadap Kelemahan

Budaya yang menganggap kelemahan sebagai ketidakmampuan dapat memicu perundungan. 

Mahasiswa yang mengalami kesulitan atau kegagalan seringkali menjadi sasaran.

2. Ketidakseimbangan Kekuasaan

Struktur hierarki dalam dunia kedokteran menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan. 

Senior dapat mengeksploitasi mahasiswa yang lebih junior.

3. Ketidakpedulian 

Beberapa praktisi medis mungkin tidak memahami dampak perundungan pada kesejahteraan mental. 

Ketidakpedulian terhadap masalah ini memperburuk situasi.

Lalu, apa langkah-langkah untuk Mengatasi Masalah Ini? 

Langkah-langkah nya bisa dimulai dari:

1. Pendidikan dan Kesadaran

Kementerian Kesehatan perlu meningkatkan kesadaran tentang kesejahteraan mental di kalangan mahasiswa dokter. Kampanye edukasi dan pelatihan sensitivitas dapat membantu mengurangi stigma.

2. Dukungan Psikologis

Mahasiswa dokter harus memiliki akses mudah ke layanan konseling dan dukungan psikologis. 

Ini dapat membantu mereka mengatasi stres dan depresi.

3. Pengawasan dan Sanksi

Perundungan harus diberantas dengan ketegasan. 

Kementerian Kesehatan perlu mengawasi dan memberlakukan sanksi bagi pelaku perundungan.

4. Pengembangan Lingkungan yang Mendukung

Universitas dan rumah sakit pendidikan harus menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana mahasiswa merasa aman untuk berbicara tentang masalah kesehatan mental.

Depresi dan perundungan dalam pendidikan dokter spesialis adalah masalah yang memerlukan perhatian serius. 

Bersama-sama, kita bisa membuat suasana belajar jadi lebih oke untuk para calon dokter. 

Kesejahteraan mental harus menjadi prioritas utama dalam pembentukan para profesional medis masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun