Mohon tunggu...
ilham aufa
ilham aufa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, Penulis Lepas

Masih Belajar dan Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Bernama Sumirah

26 Januari 2019   16:57 Diperbarui: 26 Januari 2019   17:01 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gumino datang tergopoh-gopoh. Nasrun Panjul yang sedang memetik buah rambutan, menahan senyum melihat anak muda itu celingukan di halaman rumahnya. Mencari dirinya, pastinya, yang lagi asik di dahan berusia sepuluh tahunan.

"Mas Gumino, saya lagi di atasmu. Ada apa sampeyan datang seperti lagi bawa beban satu truk," katanya setengah berteriak.

Gumino kaget. Yang dicarinya ternyata lagi sembunyi di rerimbunan daun rambutan.

"Mas Panjul, saya mohon petunjuk. Cepatlah turun," katanya membalas teriakan Panjul.

***

"Ceritakan tentang anak gadis itu," kata Panjul sesaat setelah menerima kabar gembira dari Gumino.

Gumino memang bermaksud mengabarkan tentang seorang perempuan. Menurutnya, perempuan  itu menarik hatinya. Mungkin karena sudah lama menjomblo, ia merasa perlu mendapat nasihat dari orang yang dipercaya untuk mendekatinya. Ya mas Panjul itu.

"Gadis itu belum lama tinggal di desa kita, mas. Saya juga belum berkenalan langsung. Namanya pun belum tahu. Tetapi tiap kali berpapasan ia seperti mengirim salam," kata Gumino.

"Oooo. Jadi cuma perasaanmu saja toh," tukas Panjul.

Gumino cuma tersenyum tipis.

"Begini mas Gumino. Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi Tuhan memberikan kebebasan kepada makhluk bernama manusia untuk berusaha. Lah, sampeyan ini usaha saja belum, sudah merasa memilikinya," kata Panjul.

"Makanya saya minta petunjuk ke mas Panjul," kata Gumino dengan muka yang sedikit menunduk hendak memohon.

"Kalau engkau merasa cocok dan memang itu akan menjadi jodohmu, segera taaruflah. Temui orang tuanya. Ajak bicara baik-baik. Kalau perlu motor, agar bisa memberi kesan ke orangtua, pakailah motorku itu dulu," nasihat Panjul sok bijak.

Gumino seperti mendapat angin sepoi-sepoi di pegunungan Bogor. Apalagi Nasrun Panjul, oramg yang sangat dihormatinya, memberi restu penuh.

"Ngomong-omong, bisa kau ceritakan ciri-ciri gadis itu sampai kau jatuh hati sedemikian rupa dalam pandangan pertama," pinta Panjul kepada lelaki muda di depannya.

Berceritalah Gumino tentang gadis itu. Sedikit demi sedikit cerita Gumino seperti menampakkan kisah rahasia tentang sesosok perempuan seminggu lalu. Tepatnya, saat ia berkenalan dengan seorang perempuan di persimpangan jalan. Hendak menuju pasar di ujung desa.

Panjul bertemu dengan perempuan luar biasa cantiknya. Dengan gagahnya, ia menawarinya boncengan motor menuju tujuan yang sama. Padahal Panjul sebenarnya hendak menuju kelurahan, yang jalannya berbeda 180 derajat.

"Namamu siapa dik," tanya Panjul pada gadis itu.
"Sumirah," jawab malu-malu sosok berkerudung putih yang sedang diboncengnya.
Mengalirlah lautan rayuan. Lupa kalau di kelurahan istri dan dua anaknya sedang resah menunggu.

"Jadi, boleh saya pinjam motor mas Panjul? Saya mau ke rumahnya. Mau ngapel lah, seperti kata mas Panjul," kata Gumino memecah lamunan Panjul.

Panjul tergeragap. "Eh eh eh... mo.. mo.. motor saya lagi kempes. Ga bisa jalan. Kayaknya, pentil bannya lepas tadi pagi," kata Panjul sekenanya.

Pamulang, 25 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun