"Makanya saya minta petunjuk ke mas Panjul," kata Gumino dengan muka yang sedikit menunduk hendak memohon.
"Kalau engkau merasa cocok dan memang itu akan menjadi jodohmu, segera taaruflah. Temui orang tuanya. Ajak bicara baik-baik. Kalau perlu motor, agar bisa memberi kesan ke orangtua, pakailah motorku itu dulu," nasihat Panjul sok bijak.
Gumino seperti mendapat angin sepoi-sepoi di pegunungan Bogor. Apalagi Nasrun Panjul, oramg yang sangat dihormatinya, memberi restu penuh.
"Ngomong-omong, bisa kau ceritakan ciri-ciri gadis itu sampai kau jatuh hati sedemikian rupa dalam pandangan pertama," pinta Panjul kepada lelaki muda di depannya.
Berceritalah Gumino tentang gadis itu. Sedikit demi sedikit cerita Gumino seperti menampakkan kisah rahasia tentang sesosok perempuan seminggu lalu. Tepatnya, saat ia berkenalan dengan seorang perempuan di persimpangan jalan. Hendak menuju pasar di ujung desa.
Panjul bertemu dengan perempuan luar biasa cantiknya. Dengan gagahnya, ia menawarinya boncengan motor menuju tujuan yang sama. Padahal Panjul sebenarnya hendak menuju kelurahan, yang jalannya berbeda 180 derajat.
"Namamu siapa dik," tanya Panjul pada gadis itu.
"Sumirah," jawab malu-malu sosok berkerudung putih yang sedang diboncengnya.
Mengalirlah lautan rayuan. Lupa kalau di kelurahan istri dan dua anaknya sedang resah menunggu.
"Jadi, boleh saya pinjam motor mas Panjul? Saya mau ke rumahnya. Mau ngapel lah, seperti kata mas Panjul," kata Gumino memecah lamunan Panjul.
Panjul tergeragap. "Eh eh eh... mo.. mo.. motor saya lagi kempes. Ga bisa jalan. Kayaknya, pentil bannya lepas tadi pagi," kata Panjul sekenanya.
Pamulang, 25 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H