Plak..
Aku meraba pipi ku yang panas, Ara menampar ku. Aku menatapnya dengan bingung dan marah. Aku ingin membuka mulut ku, namun dia mengalahkan ku.
"Kamu gak perlu membuktikan apapun! Kamu pelukis yang hebat!" teriaknya. "Kamu adalah kamu, mau kamu buta warna, kamu tetap pelukis yang hebat. Kata siapa kamu bukan pelukis? Semua orang memuji hasil karya mu, semua orang tergerak karena lukisan mu. Jika mereka tahu kalau kamu buta warna terus kenapa? Kamu istimewa dan kamu hebat Ra." Uajrnya lembut sambil mengelus pipi ku yang tadi dia tampar.
Air mata ku mengalir dengan deras. Benarkah tidak apa? Benarkah aku berhasil? Pikir ku dalam hati.
"Lagian aku rasa jika orang-orang tahu kamu buta warna, mereka akan semakin kagum dengan mu." ujarnya lagi sambil tersenyum. "Ayo pulang. Semua menunggu mu." Tambahnya.
Aku memeluknya dengan erat dan dia memeluk ku dengan erat. Aku melihat Teza yang berdiri di depan ku. Kami berpandangan dan tersenyum.
Merah berarti keberanian.
##
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H