Mohon tunggu...
Audrye Alifiah Roosmaya
Audrye Alifiah Roosmaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi sistem informasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Etika Bermadia Sosial Dan Tanggung Jawab Kewarganegaraan Pada Generasi Mua Penggemar Kpop

13 Desember 2024   08:46 Diperbarui: 13 Desember 2024   08:52 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara etika bermedia sosial dan tanggung jawab kewarganegaraan pada generasi muda, khususnya penggemar K-pop. Jurnal ini akan mengkaji bagaimana penggunaan media sosial oleh penggemar K-pop dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam berinteraksi secara sosial. Selain itu, jurnal ini juga akan membahas tantangan dan peluang dalam menumbuhkan kesadaran akan etika bermedia sosial dan tanggung jawab kewarganegaraan pada generasi muda saat ini.

Meningkatnya penggunaan media sosial, terutama di kalangan generasi muda, telah menciptakan fenomena baru dalam interaksi sosial. Salah satu contohnya adalah fanatisme terhadap selebritas, khususnya idol K-pop. Fanatisme ini seringkali memunculkan dinamika yang kompleks, mulai dari dukungan positif hingga konflik antar penggemar (fanwar). Fenomena ini memunculkan pertanyaan mengenai etika bermedia sosial dan tanggung jawab kewarganegaraan di kalangan penggemar K-pop. Oleh karena itu jurnal ini ditulis untuk menganalisis bagaimana etika bermedia sosial tercermin dalam perilaku penggemar K-pop, serta sejauh mana penggunaan media sosial mempengaruhi kesadaran akan tanggung jawab kewarganegaraan pada kelompok ini.  

Penggemar K-pop, atau yang sering disebut fandom, telah membuktikan diri sebagai komunitas yang solid dan peduli sosial. Salah satu contoh nyata adalah aksi penggalangan dana yang dilakukan oleh fandom SEVENTEEN yaitu CARATS, untuk membantu korban gempa bumi di cianjur. Melalui platform media sosial, CARATS di seluruh indonesia bersatu mengumpulkan donasi dalam jumlah yang signifikan dalam waktu singkat. Tagar khusus dan kampanye online yang terorganisir dengan baik menjadi kekuatan utama dalam menggalang dukungan.

Aksi penggalangan dana ini tidak hanya melibatkan penggemar individu, tetapi juga melibatkan berbagai organisasi kemanusiaan. CARATS bekerja sama dengan lembaga-lembaga terpercaya untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul digunakan secara efektif dan transparan untuk membantu para korban. Selain itu, beberapa penggemar juga secara aktif terlibat dalam kegiatan relawan di lapangan. Kesuksesan penggalangan dana ini menunjukkan kekuatan komunitas online dalam melakukan aksi sosial.

Namun, di balik kesuksesannya, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah potensi penyalahgunaan dana oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan transparansi yang tinggi dalam pengelolaan dana dan mekanisme pelaporan yang jelas. Selain itu, tantangan lain adalah mempertahankan semangat gotong royong dalam jangka panjang. Setelah euforia penggalangan dana mereda, bagaimana cara menjaga agar semangat kepedulian sosial tetap terjaga di kalangan penggemar?

Studi kasus ini memberikan inspirasi tentang potensi besar yang dimiliki oleh komunitas penggemar K-pop dalam berkontribusi pada masyarakat. Melalui aksi penggalangan dana, fandom tidak hanya menunjukkan kepedulian sosial, tetapi juga membangun citra positif bagi komunitas mereka. Namun, penting bagi fandom untuk terus belajar dan mengembangkan diri agar aksi sosial yang dilakukan dapat memberikan dampak yang lebih besar dan berkelanjutan.

Penggalangan dana untuk korban bencana di cianjur yang dilakukan oleh CARATS menjadi contoh nyata bagaimana platform media sosial dapat dimanfaatkan untuk tujuan sosial yang lebih luas. Aksi solidaritas ini menunjukkan bahwa penggemar K-pop tidak hanya sekadar konsumen budaya pop, tetapi juga memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan sosial. Melalui media sosial, penggemar dapat mengorganisir diri, mengumpulkan dana, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Fenomena ini mengindikasikan bahwa etika bermedia sosial tidak hanya terbatas pada interaksi antar penggemar, tetapi juga mencakup penggunaan platform digital untuk tujuan yang lebih mulia. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai bagaimana fandom K-pop dapat menjadi kekuatan positif dalam masyarakat dan kontribusi apa yang dapat diberikan oleh media sosial dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial.

Di balik sisi positifnya, media sosial juga menjadi arena terjadinya konflik antar penggemar atau yang sering disebut fanwar. Salah satu contohnya adalah fanwar antara dua fandom besar, ARMY (penggemar BTS) dan EXO-L (penggemar EXO). Fanwar ini seringkali dipicu oleh hal-hal sepele seperti perbandingan prestasi, visual idola, hingga isu sepele lainnya. Konflik ini kemudian meluas di berbagai platform media sosial, mulai dari Twitter, Instagram, hingga forum diskusi online. Perilaku negatif seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan serangan pribadi terhadap idola maupun penggemar lain menjadi hal yang lumrah terjadi dalam fanwar.

Fenomena ini menunjukkan bahwa fanwar antar fandom ini tidak hanya berdampak pada psikologis para penggemar, tetapi juga berpotensi merusak citra positif K-pop secara global. Perseteruan yang terus-menerus dapat membuat publik merasa lelah dan jenuh dengan dinamika fandom K-pop. Selain itu, fanwar juga dapat memberikan dampak negatif bagi industri hiburan Korea Selatan, karena dapat mengganggu hubungan antar agensi dan menghambat kolaborasi antar grup idola. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fanwar sangat kompleks, mulai dari persaingan antar agensi, pengaruh media, hingga psikologis individu.

Untuk mengatasi masalah fanwar ini, diperlukan upaya dari berbagai pihak, termasuk penggemar, agensi, dan platform media sosial. Penggemar perlu didorong untuk lebih kritis dalam menerima informasi dan menghindari penyebaran hoaks. Agensi dapat berperan aktif dalam mengedukasi penggemar tentang pentingnya sikap saling menghormati dan toleransi. Platform media sosial juga perlu meningkatkan upaya moderasi untuk mencegah penyebaran ujaran kebencian dan konten negatif lainnya. Selain itu, pendidikan media yang komprehensif sejak dini dapat membantu generasi muda untuk menggunakan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab.

Dengan demikian, studi kasus ini menunjukkan bahwa fanwar antar fandom merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi multidimensional. Memahami akar penyebab fanwar dan melibatkan berbagai pihak dalam upaya penanggulangannya menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan online yang lebih sehat dan positif bagi penggemar K-pop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun