Mohon tunggu...
audry cristiana
audry cristiana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

hobi belanja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal dan Keberlanjutan Budaya Suku Tamiang di Tengah Modernisasi

28 Februari 2024   13:47 Diperbarui: 28 Februari 2024   13:48 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain beberapa adat tersebut,  Aceh Tamiang juga menyajikan beragam kuliner tradisional yang kaya akan ciri khas masyarakat Melayu. Salah satu kuliner yang sangat terkenal di daerah ini adalah bubur pedas. Awalnya, bubur pedas identik dengan bulan Ramadhan, namun seiring berjalannya waktu, kuliner ini telah meluas ke acara-acara resmi seperti pernikahan, khitanan, dan dapat ditemui secara bebas di beberapa warung milik masyarakat.

Pergeseran Budaya dalam Modernisasi

Pergeseran budaya di Tamiang, pasca konflik dan tsunami Aceh, merupakan perubahan sosial yang dipicu oleh beberapa faktor, terutama kedatangan pekerja luar dan kemajuan teknologi.

Kehadiran pekerja migran, mayoritas suku Jawa, yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit, membawa masalah besar terhadap nilai-nilai budaya Melayu Tamiang. seperti yang terlihat yakni tradisi pertemuan kekeluargaan yang dulu kental mulai tergantikan oleh pola hidup yang lebih individualistik, seiring dengan pengaruh budaya Jawa yang lebih realistis.

Perubahan lain juga dapat dilihat dalam cara generasi muda Tamiang mengonsumsi budaya. Mereka lebih cenderung mengadopsi tren dan gaya hidup yang dipopulerkan melalui media sosial dan teknologi modern. Contohnya, tradisi lisan yang dulu dominan dalam menyampaikan cerita dan nilai-nilai budaya mulai digantikan oleh konten digital, seperti video dan podcast, yang lebih mendunia.

Selain itu, meskipun teknologi memberikan akses cepat ke informasi global, dampaknya tidak selalu positif. Banyak generasi muda yang kehilangan minat pada kearifan lokal dan seni tradisional, seperti tarian dan musik Melayu Tamiang. Mereka lebih memilih mengonsumsi hiburan global yang sering kali tidak mencerminkan identitas budaya mereka.

Kesadaran Suku Tamiang terkait keterbukaan mereka dalam modernisasi ternyata juga memiliki dampak negatif yang mungkin tidak akan pernah mereka duga sebelumnya. Namun meskipun dengan adanya pergeseran budaya tersebut, beberapa budaya seperti upacara adat masih terlestarikan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun