Pengelola Taman Sari Yogyakarta, melalui jasa guide, ikut mempromosikan Kampung Cyber sebagai produk wisata lanjutan. Keunikan wilayah kampung ini adalah tempat untuk bercengkrama dan berfoto bersama rombongan wisata. Hal ini tentu dibutuhkan oleh wisatawan yang telah menghabiskan waktu berkeliling Taman Sari Yogyakarta.
Bertolak belakang dengan faktor pendukung, terdapat dua faktor penghambat yang cukup berpengaruh. Faktor penghambat yang pertama adalah letak Kampung Cyber yang terletak di atas tanah milik Keraton Yogyakarta. Pengembangan secara fisik tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Berdasarkan Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, bangunan yang terletak di dalam wilayah Keraton Yogyakarta tidak diperbolehkan bertingkat atau lebih tinggi dibanding bangunan Keraton Yogyakarta itu sendiri. Pembangunan untuk mendukung 'selfie-spot' dan produk wisata lainnya tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Faktor penghambat kedua adalah sumber daya manusia yang didominasi penduduk usia non-produktif. Penduduk di Kampung Cyber tidak seluruhnya memahami perkembangan teknologi dan informasi sehingga pemasaran kampung ini sebagai produk wisata hanya dapat dilakukan oleh sebagian penduduk.
Kondisi geografis kepariwisataan Kampung Cyber tidak jauh berbeda dengan destinasi wisata lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Cuaca dan iklim yang cenderung tropis, mulai dari musim kemarau hingga musim hujan, memudahkan wisatawan domestik beradaptasi.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal dengan wisata alam dan wisata budaya menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan internasional. Aspek-aspek geografi yang terdapat pada Kampung Cyber cenderung memudahkan pengembangan.
Namun, kondisi sosial-budaya yang mengikat wilayah Kampung Cyber menjadi hal penting untuk dijadikan pertimbangan.
(Audrey Samantha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H