Mohon tunggu...
Audrey Samantha
Audrey Samantha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pariwisata

Selamat datang! Saya Audrey Samantha, atau Audrey, mahasiswi S1 Pariwisata di Universitas Gadjah Mada tahun 2019.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengembangan Lokal Kampung Cyber, Sudahkah Maksimal?

19 Maret 2020   16:48 Diperbarui: 19 Maret 2020   16:43 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : facebook.com/ertetigaenam

Kampung Cyber, atau juga dikenal sebagai Kampung Taman, merupakan wilayah pemukiman warga yang tersambung dengan destinasi wisata Taman Sari Yogyakarta.

Wilayah geografis Kampung Cyber masih berada di dalam kompleks Keraton Yogyakrta, tepatnya di selatan Pasar Ngasem. Letak Kampung Cyber, yang berada di atas tanah milik Keraton Yogyakarta, memberi pengaruh baik sekaligus membatasi pengembangan aspek kepariwisataan. Potensi yang dimiliki Kampung Cyber antara lain lokasi yang strategis dan sumber daya manusia yang paham akan bidang teknologi informasi.

Kombinasi dari kedua potensi ini dapat menjadikan Kampung Cyber sebagai destinasi wisata unggulan. Namun, wilayah yang terbatas menjadikan pengembangan yang dilakukan sebatas pengembangan lokal saja.

Apa itu pengembangan lokal?

Pengembangan lokal (local development) adalah suatu bentuk tertentu dari pengembangan wilayah, di mana faktor-faktor lokal, meliputi semangat kewirausahaan lokal, perusahaan lokal, dan lembaga keuangan lokal menyusun dasar-dasar utama untuk pertumbuhan perekonomian wilayah dalam kontek mixed market.

Faktor lokal bukan karakteristik fisik dan geografi wilayah, tetapi lebih menekankan pada perilaku penduduk dikaitkan dengan proses pembangunan. (Coffey dan Pollesse, 1984).

Pengembangan lokal yang dilakukan oleh pengelola Kampung Cyber dapat dilihat dari penyediaan produk-produk wisata. Produk wisata yang disuguhkan oleh Kampung Cyber antara lain lokasi untuk berfoto, atau populer dengan sebutan 'selfie-spot', dan sentra kerajinan lokal karya warga setempat.

Kampung Cyber dapat dikunjungi wisatawan yang berkunjung ke Taman Sari Yogyakarta. Terdapat gerbang yang menyambungkan kedua destinasi ini. Lantas, bagaimana perkembangan Kampung Cyber selama periode sepuluh tahun terakhir? Apa saja yang menjadi faktor pendorong atau penghambat perkembangan tersebut?

Pengelola Kampung Cyber mulai mencetuskan perencanaan pengembangan pada tahun 2008. Fokus pengembangan yang dilakukan oleh pengelola adalah pengembangan teknologi dan informasi. Seiring berjalannya waktu, banyak bermunculan mural atau lukisan dinding di sekitar wilayah Kampung Cyber.

Penduduk lokal ikut aktif dalam mengembangkan wilayah kampung ini dengan berkarya, contohnya kain batik tulis, cinderamata khas Yogyakarta, dan penyediaan warung kopi. Produk yang dihasilkan oleh penduduk lokal juga dipasarkan melalui situs resmi Kampung Cyber.

Faktor yang mendukung pengembangan Kampung Cyber adalah lokasi yang strategis dan produktivitas sumber daya manusia yang ada. Lokasi kampung ini mudah ditemukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Taman Sari Yogyakarta.

Pengelola Taman Sari Yogyakarta, melalui jasa guide, ikut mempromosikan Kampung Cyber sebagai produk wisata lanjutan. Keunikan wilayah kampung ini adalah tempat untuk bercengkrama dan berfoto bersama rombongan wisata. Hal ini tentu dibutuhkan oleh wisatawan yang telah menghabiskan waktu berkeliling Taman Sari Yogyakarta.

Bertolak belakang dengan faktor pendukung, terdapat dua faktor penghambat yang cukup berpengaruh. Faktor penghambat yang pertama adalah letak Kampung Cyber yang terletak di atas tanah milik Keraton Yogyakarta. Pengembangan secara fisik tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, bangunan yang terletak di dalam wilayah Keraton Yogyakarta tidak diperbolehkan bertingkat atau lebih tinggi dibanding bangunan Keraton Yogyakarta itu sendiri. Pembangunan untuk mendukung 'selfie-spot' dan produk wisata lainnya tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Faktor penghambat kedua adalah sumber daya manusia yang didominasi penduduk usia non-produktif. Penduduk di Kampung Cyber tidak seluruhnya memahami perkembangan teknologi dan informasi sehingga pemasaran kampung ini sebagai produk wisata hanya dapat dilakukan oleh sebagian penduduk.

Kondisi geografis kepariwisataan Kampung Cyber tidak jauh berbeda dengan destinasi wisata lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Cuaca dan iklim yang cenderung tropis, mulai dari musim kemarau hingga musim hujan, memudahkan wisatawan domestik beradaptasi.

Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal dengan wisata alam dan wisata budaya menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan internasional. Aspek-aspek geografi yang terdapat pada Kampung Cyber cenderung memudahkan pengembangan.

Namun, kondisi sosial-budaya yang mengikat wilayah Kampung Cyber menjadi hal penting untuk dijadikan pertimbangan.

(Audrey Samantha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun