"Iya, gue tahu, Sa. Kalo gue jadi lo juga udah males," jawab Xavier berusaha menenangkan sekali lagi.
Louisa memang begitu. Dia anak yang gampang sekali emosi. Bahkan dengan hal sepele sekalipun. Xavier adalah satu-satunya orang yang selalu siap mendengarkan, menyemangati dan menenangkannya. Keluh kesah Louisa adalah makanan sehari-hari baginya. Tapi dia tetap sabar dengannya. Bagi Louisa, Xavier adalah safe place untuknya, orang yang ia anggap nyaman untuk mendengarkan segala ceritanya.
*Pukul 07.00 bel tanda masuk berbunyi
Terdengar keriuhan para siswa yang berusaha mengundurkan meja dan kursi ke sisi belakang kelas karena sisi depan kelas akan digunakan untuk latihan pentas P5. Kelas Louisa hari ini melakukan latihan di kelas sebab aula dipakai oleh kelas lain.
Louisa satu-satunya anak yang tidak bergerak sama sekali. Malas. Untuk bergerak pun malas. Ia hanya melihat teman-temannya yang sedang memindah meja dan kursi dengan tatapan kosong. Tidak peduli, dia sedang tak semangat, untuk apa membantu—pikirnya.
"Oke semua, hari ini kita full latihan dari pagi sampai nanti siang  ya! Ini latihan terakhir kita, guys, jadi harus serius ya! Nanti kalau bisa serius, kita mau ditraktir sama Bu Andri," ucap Kai, sang ketua yang mengatur latihan pentas P5 tersebut dengan sedikit bergurau.
 "Oh siap, kalau urusan ditraktir gue maju nomor satu," sahut Kenaz yang hobi jajan dengan semangat.
"Wah... gas kalau itu! Seharian latihan nggak berhenti juga mau gue!" Gabby menimpali.
Semua tertawa dengan gurauan tersebut. Kecuali... Louisa. Masih sama, ia hanya diam tanpa berekspresi apapun.
"Yaelah, kenapa sih lo? Datar banget ekspresi lo. Siapa tahu kita beneran ditraktir ya kan sama Bu Andri hahahaha... lo yakin nggak mau?" ujar Karyn yang duduk disampingnya sambil masih tertawa dengan lelucon sang ketua tadi.
"Nggak, makanan di kantin nggak ada yang spesial bagi gue," jawab Louisa dengan nada datar.