Mohon tunggu...
Audrey Pasha
Audrey Pasha Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Hobi: menulis, travelling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan

17 Oktober 2023   21:22 Diperbarui: 23 Oktober 2023   11:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Atas dasar apa anda hendak menahan suami saya?"

"Tuan Julian dituduh melakukan penggelapan. Saat ini perusahaan Pak Wijaya sedang dalam masalah besar karena tindakan suami anda, Nyonya Mariana."

"Anda membawa bukti dan surat penahanan?"

"Tidak."

"Anda melakukan hal yang melanggar hukum, Tuan. Saya bahkan sangat yakin jika anda bukanlah aparat resmi yang bekerja pada negara."

"Kami tidak perlu menjelaskan identitas kami pada anda, Nyonya Mariana. Tuan Julian pasti sudah mengenal kami dengan sangat baik. Dan jika anda ingin membatalkan penahanan ini, saya bisa membantu anda."

Ada harapan. Suamiku akan terlepas dari tuduhan yang tidak masuk akal. Aku akan melakukan apapun untuk membebaskan Julian. Aku memiliki segalanya, aku bisa membayar pria itu lalu memintanya meninggalkan rumahku dengan segera. Kemudian dalam hitungan detik, pria itu mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya untuk disodorkannya kepadaku.

Julian melirik ke arah dokumen tersebut, lalu melihat ke arahku. Tangannya yang kekar menarik dokumen itu lalu merobeknya menjadi serpihan kertas yang berserakan di lantai. Aku menatap Julian dengan mataku yang mulai nanar. Aku hampir marah, aku hampir kehilangan kendali. Jika saja Julian tidak segera memelukku, aku pasti sudah melemparkan cangkir keramik ke wajah pria yang duduk dengan tenang di hadapan kami.

"Semua akan baik-baik saja, Mariana. Kau harus percaya bahwa aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan membiarkanmu menandantangani dokumen perceraian itu atas dasar paksaan. Aku akan kembali, tidak akan lama lagi."

Julian melepaskan pelukannya lalu berdiri. Ia melangkah meninggalkan rumahku. Pria yang mengaku sebagai utusan keluarga Julian mengikuti dari belakang. Saat tubuh Julian masuk ke dalam mobil, aku menutup pintu depan, mematikan semua lampu, dan meluapkan kepedihanku. Julian harus menanggung kemarahan keluarganya demi mempertahankan cintanya kepadaku.

Tidak ada yang tahu kapan Julian kembali. Aku tidak ingin melihat sang surya, aku tidak ingin menyaksikan pergantian hari. Semua terlalu menyakitkan bagiku. Ibu dan ayahku pergi meninggalkanku. Julian pun lenyap dari hadapanku.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun