Mohon tunggu...
Audia Nia
Audia Nia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pekerja keras

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan: Mewujudkan Akses dan peluangyang setara

11 Desember 2024   20:12 Diperbarui: 11 Desember 2024   20:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kesetaraan gender dalam dunia pendidikkan  (sumber: google)

Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan: Mewujudkan Akses dan Peluang yang Setara

Disusun oleh:

Monica Sukma (2450410019), Audia Nia Ramadhani (2450410020), Indri Alifia Irmadhani (2450410021)

Pasti kalian tidak asing dengan yang namanya gender? gender berbeda dengan jenis kelamin. Pada umumnya, gender memiliki pengertian sebuah perbedaan diantara laki-laki dan perempuan, baik dari segi fungsi, peran, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang terbentuk dalam tatanan nilai sosial, budaya, dan adat istiadat. Menurut para ahli, gender juga merupakan suatu konstruksi budaya yang sifatnya terbuka bagi segala perubahan. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas tentang kesetaraan gender pada sistem pendidikan. Topik ini menarik di bahas, karena pada zaman sekarang, bisa kita ketahui bahwa kesetaraan laki laki dan perempuan sangat membutuhkan perhatian khusus untuk di ulas. Mari kita masuk ke pembahasan tentang kesetaraan gender.

Kesetaraan gender dalam pendidikan menjadi isu penting di seluruh dunia. Hal ini bukan sekadar memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan, tetapi juga menghilangkan diskriminasi yang dapat menghambat kemampuan individu. Dalam dunia pendidikan, menciptakan kesempatan yang setara sangat penting untuk di perhatikan dan tanpa memandang jenis kelamin mereka, yang pada akhirnya akan memberdayakan individu yang mendorong kemajuan bagi dunia pendidikan(Gultom, 2020).

Seperti yang kita ketahui, pada masa lalu, kesetaraan hak antara perempuan dan laki -laki sering kali ditentang, terutama dalam bidang pendidikan. Contoh nyatanya di beberapa daerah, perempuan memiliki akses terbatas dalam pendidikan, terutama di daerah dengan budaya patriarkal yang menganggap Pendidikan perempuan kurang penting karena peran utama perempuan dianggap hanya sebatas di ranah rumah tangga. Hal semacam ini sering kali membatasi peluang dan menghalangi perempuan untuk mencapai potensi penuh.

Namun, dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kesetaraan gender dalam pendidikan. Banyak negara, organisasi, dan lembaga pendidikan paham bahwa memberikan kesempatan belajar yang setara antara laki-laki dan perempuan dapat membawa perubahan besar bagi Individu dan masyarakat. Pendidikan yang memberdayakan perempuan membuka banyak peluang bagi mereka untuk terlibat dan berkontribusi dalam berbagai bidang.

Kesetaraan gender juga memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan. Perempuan yang memiliki pendidikan yang sama dengan laki-laki cenderung mendapatkan lebih banyak peluang untuk bekerja dan menghasilkan uang yang dapat memperbaiki kondisi finansial perempuan. Pendidikan yang lebih tinggi bagi perempuan terbukti bisa meningkatkan kualitas hidup keluarga mereka dan menurunkan angka kemiskinan.

Selain itu, kesetaraan gender dalam pendidikan juga bisa mengurangi angka pernikahan dini dan kehamilan remaja di banyak negara berkembang. Perempuan yang tidak mendapat pendidikan sering kali menikah muda dan hamil tanpa perencanaan. Dengan memberikan kesempatan yang setara, khususnya di jenjang menengah dan perguruan tinggi, perempuan akan memiliki lebih banyak pilihan dalam hidup dan kesempatan untuk menentukan masa depan mereka sendiri.

Meskipun ada kemajuan, tantangan untuk mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan masih sangat besar. Salah satu hambatan utama adalah pendidikan. Di banyak negara berkembang, anak perempuan masih sangat kesulitan untuk mendapatkan pendidikan, terutama di daerah pedesaan. Beberapa kendala yang mereka hadapi antara lain biaya pendidikan yang tinggi, jarak yang jauh antara rumah dan sekolah, serta kekurangan fasilitas yang mendukung kebutuhan khusus anak perempuan.

Masih ada masalah stereotip gender dalam pendidikan yang memengaruhi perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan di kelas. Contohnya, di beberapa budaya, anak laki-laki lebih didorong untuk menonjol dalam mata pelajaran sains dan matematika, sementara anak perempuan lebih sering diarahkan ke bidang yang dianggap lebih "feminin", seperti seni atau pekerjaan sosial. Kondisi ini tidak hanya membatasi potensi individu, tetapi juga memperkuat pandangan sosial yang mendukung ketidaksetaraan gender dalam banyak aspek kehidupan(Vazriyansyah et al., 2024).

Pendidikan yang peka terhadap gender sangat penting untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan.Pendidikan memberikan kesempatan yang setara bagi laki-laki dan perempuan untuk belajar dan berkembang. Guru memiliki peran besar dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung semua siswa, tanpa memandang gender. Selain itu, materi yang di ajarkan juga perlu mencerminkan keberagaman dan tidak memihak kepada satu gender saja.

Selain menghapus stereotip, pendidikan yang mendukung kesetaraan gender juga harus memperhatikan peran perempuan dalam perguruan tinggi dan karier profesional. Meskipun banyak perempuan yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, mereka masih di hadapkan dengan tantangan untuk mendapatkan profesi yang banyak didominasi oleh laki-laki seperti teknik dan ilmu komputer. Maka dari itu, pemberdayaan perempuan sangat penting untuk dilakukan, dan beberapa contoh dari beberapa perguruan tinggi yang terkenal perempuan boleh masuk ke fakultas atau jurusan yang berunsur teknik atau ilmu komputer itu sendiri, sehingga perempuan sekarang sangat maju akan dalam bidang tersebut.

Di berbagai negara, kebijakan pendidikan yang menekankan kesetaraan mulai diterapkan untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal hanya karna gender. Contohnya, beberapa negara telah menerapkan pendidikan gratis untuk keluarga kurang mampu yang memiliki anak perempuan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketimpangan dalam akses pendidikan.

Pada jenjang pendidikan tinggi, banyak kampus yang memperkenalkan program -program untuk mendukung kesetaraan gender dalam bidang akademik dan kepemimpinan. Salah satu contoh nyata terjadinya kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari salah satu kampus terkemuka di Kudus yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus. Kesetaraan gender telah diterapkan di beberapa organisasi, seperti ketua DEMA FEBI IAIN Kudus periode 2024-2025, kak Aisyah Dian Safitri. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan dan kesempatan yang setara dengan laki-laki dalam memimpin organisasi mahasiswa, serta berperan aktif dalam mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan kepentingan mahasiswa.

Meskipun kemajuan telah tercapai, perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender masih jauh dari kata selesai. Kerja sama antara pemerintah dan lembaga pendidikan sangat di butuhkan untuk memastikan bahwa pendidikan yang setara dapat terwujud di seluruh dunia. Ini mencakup perubahan dalam kebijakan, kurikulum, pelatihan guru, serta partisipasi aktif dari semua pihak untuk mengatasi hambatan sosial budaya dan ekonomi akses pendidikan bagi perempuan(Kartika & Muahrifuddin, 2023).

Kesimpulannya pendidikan sangat berperan penting dalam menciptakan kesetaraan gender. Pendidikan tidak hanya menguntungkan perempuan secara individu tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat. Kita bisa menciptakan dunia yang adil dan setara bagi semua orang. Pendidikan yang setara dasar utama untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki agar dapat mencapai potensi terbaik mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya di tingkat global.

DAFTAR PUSTAKA

Gultom. (2020). Fiat Iustitia: Jurnal Hukum Volume 1 No. 1 September 2020.Hukum, 1(1), 109--125.

https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2578867&val=242

00&title=INDIKATOR KESETARAAN GENDER DAN ISU-ISU GENDER DI BIDANG PENDIDIKAN

Kartika, F. E. W., & Muahrifuddin. (2023). Analisis Kesetaraan Gender Dalam Kepemimpinan Organisasi Mahasiswa.JurnalPendidikanDanKonseling,5(2), 2441--2455. http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/13433

Vazriyansyah, M., Hadi, F. R., Lestarika, D. P., Hukum, F., Bengkulu, U., Akses, H., &

Perempuan, P. (2024).pembuatkebijakandanlembagayangfokuspada pemberdayaan.7(4).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun