Masih ada masalah stereotip gender dalam pendidikan yang memengaruhi perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan di kelas. Contohnya, di beberapa budaya, anak laki-laki lebih didorong untuk menonjol dalam mata pelajaran sains dan matematika, sementara anak perempuan lebih sering diarahkan ke bidang yang dianggap lebih "feminin", seperti seni atau pekerjaan sosial. Kondisi ini tidak hanya membatasi potensi individu, tetapi juga memperkuat pandangan sosial yang mendukung ketidaksetaraan gender dalam banyak aspek kehidupan(Vazriyansyah et al., 2024).
Pendidikan yang peka terhadap gender sangat penting untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan.Pendidikan memberikan kesempatan yang setara bagi laki-laki dan perempuan untuk belajar dan berkembang. Guru memiliki peran besar dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung semua siswa, tanpa memandang gender. Selain itu, materi yang di ajarkan juga perlu mencerminkan keberagaman dan tidak memihak kepada satu gender saja.
Selain menghapus stereotip, pendidikan yang mendukung kesetaraan gender juga harus memperhatikan peran perempuan dalam perguruan tinggi dan karier profesional. Meskipun banyak perempuan yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, mereka masih di hadapkan dengan tantangan untuk mendapatkan profesi yang banyak didominasi oleh laki-laki seperti teknik dan ilmu komputer. Maka dari itu, pemberdayaan perempuan sangat penting untuk dilakukan, dan beberapa contoh dari beberapa perguruan tinggi yang terkenal perempuan boleh masuk ke fakultas atau jurusan yang berunsur teknik atau ilmu komputer itu sendiri, sehingga perempuan sekarang sangat maju akan dalam bidang tersebut.
Di berbagai negara, kebijakan pendidikan yang menekankan kesetaraan mulai diterapkan untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal hanya karna gender. Contohnya, beberapa negara telah menerapkan pendidikan gratis untuk keluarga kurang mampu yang memiliki anak perempuan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketimpangan dalam akses pendidikan.
Pada jenjang pendidikan tinggi, banyak kampus yang memperkenalkan program -program untuk mendukung kesetaraan gender dalam bidang akademik dan kepemimpinan. Salah satu contoh nyata terjadinya kesetaraan gender dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari salah satu kampus terkemuka di Kudus yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus. Kesetaraan gender telah diterapkan di beberapa organisasi, seperti ketua DEMA FEBI IAIN Kudus periode 2024-2025, kak Aisyah Dian Safitri. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan dan kesempatan yang setara dengan laki-laki dalam memimpin organisasi mahasiswa, serta berperan aktif dalam mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan kepentingan mahasiswa.
Meskipun kemajuan telah tercapai, perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender masih jauh dari kata selesai. Kerja sama antara pemerintah dan lembaga pendidikan sangat di butuhkan untuk memastikan bahwa pendidikan yang setara dapat terwujud di seluruh dunia. Ini mencakup perubahan dalam kebijakan, kurikulum, pelatihan guru, serta partisipasi aktif dari semua pihak untuk mengatasi hambatan sosial budaya dan ekonomi akses pendidikan bagi perempuan(Kartika & Muahrifuddin, 2023).
Kesimpulannya pendidikan sangat berperan penting dalam menciptakan kesetaraan gender. Pendidikan tidak hanya menguntungkan perempuan secara individu tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat. Kita bisa menciptakan dunia yang adil dan setara bagi semua orang. Pendidikan yang setara dasar utama untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki agar dapat mencapai potensi terbaik mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya di tingkat global.
DAFTAR PUSTAKA
Gultom. (2020). Fiat Iustitia: Jurnal Hukum Volume 1 No. 1 September 2020.Hukum, 1(1), 109--125.
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2578867&val=242
00&title=INDIKATOR KESETARAAN GENDER DAN ISU-ISU GENDER DI BIDANG PENDIDIKAN