Terakhir, absorsi yang terjadi adalah proses penyerapan kandungan kimia seperti metal dan nitrat yang terlarut di air oleh humus dan tanah (Winogradoff, 2001)
Hujan awal yang turun akan mencuci jalan sehingga aliran permukaannya akan membawa partikel sedimen, kandungan kimia dan oli yang tertetes di muka jalan, dan mengalir masuk kedalam bioretensi. Aliran permukaan dari hujan awal ini akan menjalani proses permunian yang ada di bioretensi.Â
Jika hujan masih turun terus sehingga kapasitas tampungan bioretensi sudah terlampaui air kan mengalir langsung ke sistem saluran drainase melalui pelimpah yang telah disediakan. Hujan awal sudah mencuci permukaan jalan sehingga kualitas air limpasan permukaan dari hujan berikutnya diharapkan sudah baik dan boleh mengalir langsung ke badan air.
                                                Â
Selain mengurangi risiko banjir, sistem bioretensi juga memberikan manfaat tambahan bagi lingkungan:
- Peningkatan Kualitas Air
- Penelitian menunjukkan bahwa sistem bioretensi dapat menghilangkan hingga 90% Total Suspended Solids (TSS) dari limpasan air hujan
- Konservasi Keanekaragaman Hayati
- Area bioretensi dapat menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, mendukung keanekaragaman hayati di lingkungan perkotaan
- Estetika Lingkungan
- Penerapan tanaman hias dalam desain bioretensi meningkatkan estetika ruang public
Disamping dari manfaat yang ada pada sistem bioretensi, sistem ini tetap perlu diperhatikan mengenai beberapa hal untuk meminimalisir kegagalan pada sistem.
- Tidak cocok diterapkan di daerah industri yang beresiko menimbulkan pencemaran tanah yang tinggi (karena berpotensi untuk mencemari air tanah)
- Tidak cocok untuk daerah yang memiliki :
- Muka air tanah yang dangkal
- Lapisan permukaan yang tidak stabil (gampang tererosi)
- Kemiringan curam (> 20%)
- Mengakibatkan penggenangan air yang berpotensi untuk menjadi habitat vektor pembawa penyaki
Bioretention dapat dikategorikan sebagai cara pengolahan dengan teknik Low Impact Development, yaitu cara untuk mengurangi dampak negatif akibat pembangunan. Oleh karena itu, sangat sesuai untuk dipergunakan sebagai suatu sistem untuk mengatasi masalah banjir pada daerah perkotaan. Bioretention merupakan sistem penanganan limpasan air hujan yang tergolong sangat sederhana dan melibatkan peran serta masyarakat. Penerapan sistem ini perlu didorong lebih lanjut melalui kebijakan publik dan kesadaran masyarakat akan pentingnya infrastruktur hijau.
Sumber Bacaan :
ARDIYANA, M. (2016). STUDI PENERAPAN ECODRAIN PADA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN (STUDI KASUS DI PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG). In M. ARDIYANA, STUDI PENERAPAN ECODRAIN PADA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN (STUDI KASUS DI PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG). Malang: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158820/1/MITA%20ARDIYANA.pdf.
Brookshire, B. (2021). Stores and malls buy into ponds and rain gardens for flood control. In B. Brookshire, Stores and malls buy into ponds and rain gardens for flood control. Stores and malls buy into ponds and rain gardens for flood control (snexplores.org).
DICKY NURHIKMAH, N. E. (2016). Pemilihan Metode Sistem Drainase Berkelanjutan Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir Di Kota Bandung. In N. E. DICKY NURHIKMAH, Pemilihan Metode Sistem Drainase Berkelanjutan Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir Di Kota Bandung. Bandung.
Janah, S. Z. (n.d.). Pengolahan Drainase dengan Green Infrastructure. In P. D. Infrastructure, Pengolahan Drainase dengan Green Infrastructure. https://www.bing.com/ck/a?!&&p=230593768ea38f83JmltdHM9MTcyOTM4MjQwMCZpZ3VpZD0xNTUwOTFjNS1hZDM0LTYyODMtMDBhZS04MjQ1YWM2ZTYzMDAmaW5zaWQ9NTIwOQ&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=155091c5-ad34-6283-00ae-8245ac6e6300&psq=PENGOLAHAN+DRAINASE+DENGAN+GREEN+INFRASTRUCTURE&.