Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Perempuanku, Namun Bukan Milikku

7 September 2012   00:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346947848819550848

Terlihat air mata di sudut matanya, aku tahu ia ingin menangis dan aku pun merasakan hal yang sama, namun sebagai laki-laki, aku tak boleh cengeng. Sambil menyantap makanan di meja kami, aku baru berpikir dan mungkin sedikit menyesal.“Seandainya saja kuliahku telah selesai dan dengan modal pekerjaan yang aku miliki, aku dapat melamarnya”.

Sejak saat itu, kami harus berpisah sebab orang tuanya telah menyuruhnya untuk memutuskan aku. Dan praktis, saat itu pula aku tak pernah mengetahui kabarnya, sampai ia berpisah dengan tunangannya itu.

Rina memang tak mengatakan bahwa ia telah berpisah dari tunangannya itu. Aku mengetahui kabar itu dari Opi. Opi adalah sahabat Rina sejak SD yang masih berhubungan dengan Rina. Opi menyuruhku untuk menghubungi Rina, namun aku tak melakukannya. Aku berusaha ikhlas. Ah,, rasanya lagi-lagi itu adalah alasan klise. Bagaimana mungkin rasa ikhlas itu menghampiriku mengingat tujuh tahun kebersamaan kami dulu.

Seiring waktu berjalan, pendidikanku di strata 1 pun tak kunjung selesai. Gelar S.H ternyata belum mau disematkan di belakang namaku. Namun, aku masih tetap bekerja di dunia yang telah mengenalkanku kepada masyarakat kotaku.

***

Oleh karena prestasiku di dunia pertelevisian ini, oleh pimpinanku aku dipercaya juga untuk menjadi penyiar radio yang ternyata satu perusahaan dengan TV lokal ini. Mengapa penyiar radio? Karena aku suka berinteraksi langsung dengan orang lain. Karier di dunia broadcaster telah ada dalam genggamanku karena ini hobiku. Namun kuliahku? Ya.. kuliahku pun belum selesai. Sementara Rina, telah menemukan tambatan hatinya yang baru, yang dari Opi juga kuketahui bahwa mereka telah melakukan pertunangan dan akan menikah di tahun ini juga.

Pria itu memang lebih mapan daripada aku. Ia telah menyelesaikan pendidikan s2nya diluar negeri dan sudah dua tahun ini ia bekerja di Bank milik Pemerintah sebagai Back Office. Masih kata Opi, bila mereka telah menikah, pria yang bernama Fathir itu pun akan melanjutkan pendidikan s3nya, mungkin Rina akan mengikutinya ke luar negeri.

Bagaimana dengan aku yang belum menamatkan kuliahku yang sekarang sedang berada di semester 10 ini? Aku tak mau di D.O dan Aku harus menyeleaikan kuliahku. Satu-satunya jalan adalah aku harus memilih untuk melepaskan salah satu pekerjaanku. Dan aku lebih memilih menjadi penyiar radio saja yang tak begitu banyak menyita waktuku sehingga kuliahku dapat segera selesai.

Enam bulan setelah Opi mengabari aku tentang pertunangan Rina, hari ini Rina menikah dengan Fathir. Dan melalui Opi juga, Rina berkata bahwa, “Tolong undang Reza di resepsiku ya Pi, mungkin hari ini adalah sebagai hari pertama sekaligus hari terakhir aku melihatnya sejak satu setengah tahun yang lalu.”

Mendapat amanah dari Rina, Opi menemuiku dan menyampaikan amanah itu. “Kamu jangan sedih ya Za, bawa aja pacarmu ke resepsi Rina siang nanti.”

“Aku belum memiliki penggantinya Pi. Aku mau menyelesaikan kuliahku dulu.” Lagi-lagi jawaban penuh keklisean kutunjukkan pada Opi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun