Dana pemeliharaan Borobudur itu puluhan miliar lho. Usia Borobudur itu 1200 tahun lho, struktur yang kuat dan kokoh yang tetap berdiri walaupun sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Dan khawatir amblas dan yang disalahkan masyarakat kismin?
Siapa yang menjamin mereka yang berpenghasilan tinggi memiliki attitude yang lebih baik? siapa? apakah ada datanya?
Jadi kesimpulannya orang kismin, atau berpenghasilan rendah tidak punya attitude? tidak punya rasa ingin tahu yang tinggi?
Kesimpulan-kesimpulan ciptaan para pejabat terhormat seperti harus kita makan mentah-mentah tanpa saringan pikiran. Rasa takut berpandangan beda ditumbuhkan. Pikiran pun tak bisa lagi merdeka karena "cari aman." Sedangkan mendikbud sedang berjuang membudayakan "Kampus Merdeka" dan "Merdeka Belajar," yang dalam pemahaman saya adalah kemerdekaan berpikir.
Sepertinya Indonesia bukan milik rakyat Indonesia lagi. Sepertinya mereka yang berpenghasilan rendah diusir perlahan dari negara ini, dianggap mengotori area wisata, dianggap tidak punya attitude, dianggap tidak punya rasa ingin tahu yang tinggi, dianggap bodoh.
Ya sudahlah, lebih baik saya berwisata ke Vatikan toh harga tiket masuknya hanya 19 dollar (tidak sampai 2 persennya dari gaji terendah orang Italia), atau ke Taj Mahal 45 rupee atau yang agak mahal ke Angkor Wat 37 dollar atau ke mal aja yang gratis walaupun hanya cuci mata dan menonton orang belanja.
Maaf jikalau tulisan saya ini mengotori mata para pembaca. Maaf jikalau tulisan saya tidak memenuhi kaidah berbahasa yang baik, Â atau ada kesalahan di PUEBI-nya. Maklumi. Saya hanya orang bodoh dan kismin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H