Mohon tunggu...
D. Hasbi A.
D. Hasbi A. Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Hobby menggambar, baca novel dan komik, nonton film, menyenangi sains.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pondasi Konsultasi Pemilihan Jurusan PTN Saat UTBK SBMPTN dan SNMPTN

23 Desember 2021   13:19 Diperbarui: 23 Desember 2021   13:47 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering saya temui siswa mengubah pilihan jurusannya, yang notabene skornya tinggi dan menurunkan pilihannya ke jurusan yang skornya rendah hanya gara-gara nasihat dari guru atau orang terdekatnya. Dan kenyataannya jika guru yang melakukan itu ternyata dengan sangat mudah memberikan nasihat itu tanpa menggali lebih dalam faktor apa yang membuat nilai anak rendah. Dan walupun tahu sebabnya, banyak guru yang malas atau menyerah untuk berjuang meningkatkan nilai siswa. Meningkatkan nilai di sini bukan dengan mengatrol atau memberikan nilai fiktif, namun mengajarkan lebih baik lagi agar anak lebih paham pelajaran yang diajarkan.

Mengajarkan lebih baik lagi diawali dengan guru harus mempelajari lagi agar lebih paham tentang apa yang akan diajarkannya.

Dan kenyataan jahat (bagi saya hal ini jahat) adalah banyak guru (di bimbingan belajar yang membanjiri negeri ini) yang dengan semena-mena mengubah pilihan anak dengan kedok strategi. Berstrategi boleh tapi bukan sebagai pelarian atas ketidakmampuan. Mengapa mereka mengubahnya? Jika jurusan yang dipilih anak berat, ditandai dengan tingginya skor minimal untuk lolos dan membludaknya peminat, dan guru itu menganggap sangat sulit meningkatkan peluang lolosnya anak, maka guru akan mengubah pilihan anak. Guru tidak mau direpotkan. Maunya masuk kelas, mengajar seadanya, tak peduli anak paham atau tidak, lalu selesailah sudah.

Padahal anak itu, oleh orang tuanya yang penuh harap rela mengeluarkan sejumlah rupiah berapapun demi anaknya, pastinya mengharapkan jurusan tertentu agar terwujud impiannya. Namun impian itu harus pudar, atau dengan terpaksa diubah pilihannya hanya karena arahan dari gurunya.

Salahkan gurunya mengubah pilihan anak?

Gurunya mengubah pilihan anak mungkin demi kebaikan anak itu, dan orang tua percaya dengan saran dari gurunya yang dianggap lebih tahu dan berpengalaman.

Mengapa hal ini terjadi? Benarkah demi kebaikan anak?

Kenyataan yang saya temui adalah, betapa pentingnya jumlah siswa yang lulus pada suatu lembaga bimbingan belajar sebagai senjata pemasaran. Masuk akal, semakin banyak jumlah siswa di lembaga tersebut yang diterima di perguruan tinggi negeri akan semakin meningkatkan daya tawar di pasaran. Pastinya di setiap kegiatan promosi jumlah kelulusan ini akan diumbar, dikemas dalam suatu iklan yang menggoda "Puluhan ribu siswa kami diterima di perguruan tinggi negeri" menghiasi berbagai media.

Apakah ini hal yang buruk?

Tidak ada yang salah memang. Namun kenyataan yang ada di balik itu sungguh memprihatinkan.

Siswa memang lulus di suatu perguruan tinggi negeri. Namun bukan di jurusan pilihannya, tidak sesuai hatinya. Namun jika siswa dibiarkan memilih jurusan pilihannya namun skor minimal di jurusan tersebut tinggi maka resikonya siswa itu peluang diterimanya kecil bahkan mungkin tidak lulus. Akhirnya guru yang bertugas di suatu lembaga bimbingan belajar akar mengubah pilihan anak itu agar memilih jurusan yang skor minimalnya lebih rendah yang kemungkinan lulusnya lebih besar. Semakin banyak jumlah yang lulus maka semakin mudah memasarkan program yang ditawarkan lembaga tersebut pada periode berikutnya, walaupun harus mengorbankan impian siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun