Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Monpera Punya Cerita

16 Februari 2016   16:22 Diperbarui: 16 Februari 2016   16:45 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monpera merupakan bangunan monumen sekaligus museum yang memiliki koleksi seputar perjuangan rakyat khususnya rakyat Sumatera Selatan. Bangunan ini memiliki 8 lantai.

Lantai 1. Lantai dasar monumen ini merupakan pintu masuk gedung dan pusat informasi. Pada lantai ini, dapat kita lihat foto-foto lukisan masa kejayaan Sriwijaya yang merupakan kerajaan pertama di Palembang. Terdapat juga foto-foto lukisan dan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Selain itu kita juga dapat melihat foto-foto penderitaan dan perjuangan rakyat semasa penjajahan. Ke bagian ruangan yang lain, terdapat foto-foto pada saat Jepang menggantikan Belanda sebagai penjajahan dan bagaimana kekejaman mereka terhadap rakyat dan pelatihan pemuda sebagai militer yang menjadi cikal bakal TNI. Masih di lantai yang sama, kita dapat melihat foto-foto perjuangan rakyat Indonesia khususnya Sumatera Selatan dalam menghadapi para penjajah yang ingin kembali menduduki Indonesia setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

Lantai 2. Pada lantai ini terdapat koleksi senjata yang pernah digunakan oleh para pejuang, khususnya pejuang kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Selatan. Koleksi senjata ini antara lain Juki Knju (senjata buatan Jepang), ranjau darat, senapan kecepek, dan masih banyak lainnya. Lalu terdapat juga mata uang yang pernah digunakan di Indonesia, mulai dari mata uang Gulden hingga Rupiah.

Lantai 3. Memasuki lantai 3, kita akan disambut oleh lukisan yang menggambarkan perjuangan rakyat dan tentara pada masa mempertahankan kemerdekaan. Pada lemari panjang yang berada didekat patung perunggu setengah dada H. Abdul Rozak, terdapat contoh baju yang pernah dipergunakan oleh pejuang. Mengitari lantai ini terdapat foto-foto para pejuang yang berasal dari Sumatera Bagian Selatan dan foto-foto perjuangan mereka. Disalah satu sisi dinding terdapat lukisan "Banyak Keringat Keluar Saat Latihan, Sedikit Darah Tumpah Saat Bertempur" yang merupakan semboyan Pelatihan Opsir di Pebem Palembang tahun 1946.

Lantai 4. Pada lantai ini terdapat perpustakaan dan beberapa ruangan yang dulunya merupakan kantor dari pengurus Monpera. Perpustakaan Monpera ini menyimpan sekitar 356 judul buku. Sebagian besar buku yang tersimpan merupakan buku-buku yang berkaitan dengan perjuangan pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang merupakan catatan sejarah Indonesia khususnya Sematera Selatan pada 1945 hingga 1950. Koleksi buku ini termasuk 14 jilid buku yang merupakan catatan pengalaman pribadi pejuang-pejuang 45 dan buku-buku yang ditulis sendiri oleh pelaku sejarah perjuangan.

Lantai 5. Tidak jauh berbeda dengan lantai 3, begitu masuk kita akan melihat lukisan yang menggambarkan bagaimana rakyat bahu-membahu dalam suasana perang kemerdekaan. Lalu kita kan melihat patung perunggu setengah dada Mayjen. H. Bambang Utoyo, Brigjen. H. Hasan Ksim, Kolonel H. Barilian dan Let. Jend. Purn. H. Harun Sohar dan lukisan perjuangan mereka. Pada lemari panjang Brigjen. H. Hasan Kasim terdapat koleksi seragam yang pernah beliau pakai semasa hidup. Pada lantai ini juga terdapat lukisan Kapten A. Rivai yang gugur pada hari ketiga dalam Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang dan lukisan Kapten Anwar Sastro. 

Lantai 6 dan 8. Lantai 6 terdapat koleksi foto-foto perjuangan pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada lantai ini terdapat tangga curam yang menuju lantai 7. Tangga curam ini gelap dan sempit. Hal ini mempunyai filosofi bahwa memperjuangkan bangsa ini menuju puncak kemerdekaan sangat sulit, penuh perjuangan dan bukannya hal yang mudah. Setelah memproklamasikan kemerdekaan kita masih dihadangkan oleh mereka yang ingin menjajah kembali. Lantai 6 merupakan lantai terakhir menuju atap. Pada lantai ini terdapat tangga kecil ke lima pintu keluar menuju atap Monpera. Begitu menjejaki atap Monpera, kita dapat melihat pemandangan hampir setiap sudut kota Palembang dari atas. 

Sejarah Perjuangan Bangsa, bukanlah semata-mata merupakan kenyataan rentetan peristiwa, tetapi mengandung nilai-nilai pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi kelangsungan perjuangan pembangunan bangsa. Karena itu, timbullah ide dari para sesepuh Pejuang Kemerdekaan Daerah Sumatera Selatan untuk membangun Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Selatan. Tujuan pembangunan tersebut dirasakan sangat penting artinya dalam mewujudkan pengisian kemerdekaan dengan pembangunan, karena proses pembangunan itu mengalami peralihan generasi dan perubahan zaman. Dalam bulan April 1971, terbentuklah suatu Panitia Besar Pembangunan Monumen Perjuangan Rakyat Sumbagsel, meliputi wilayah Lampung, Bengkulu, Jambi, Palembang, serta kepulauan Bangka-Belitung.

Pengurus harian Panitia Besar itu diketuai oleh H. Asnawi Mangku Alam selaku Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan. Disamping panitia besar tersebut, dibentuk pula panitia khusus daerah Sumsel yang di ketuai oleh R. A. Rifai Tjakyan, selaku walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Palembang. Selanjutnya panitia mengambil langkah-langkah pembangunan, pengumpulan dana, dan pemilihan lokasi. Lalu dilakukanlah sayembara yang dimenangkan oleh kode "L" biro Waskita Bandung untuk memperoleh bagaimana bentuk bangunan yang mengandung nilai-nilai sejarah perjuangan, dan sesuai dengan tradisi daerah. Lalu dilanjutkan dengan pembuatan dan perhitungan konstruksi bangunan. 

Penetapan lokasi bangunan di Jalan Merdeka Palembang, atas pertimbangan lokasi tersebut terletak di jantung kota, serta pada awal-awal proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan pusat pergolakan berbagai peristiwa. Selain dari itu, lokasi berdirinya Monpera merupakan basis pertempuran Lima Hari Lima Malam di kota Palembang, di samping Charistas, Plaju, dan Perairan Sungai Musi, dari tanggal 1 Januari sampai dengan 5 Januari 1975, melawan Belanda yang menjajah kembali. Dalam rangkaian acara HUT Kemerdekaan RI ke-30, pada tanggal 17 Agustus 1975, pada lokasi tersebut diadakan peletakan batu pertama dan pemancangan tiang bangunan, sebagai pertanda pembangunan Monpera Sesumbagsel dimulai.

Pada saat penanaman pondasi mendekati penyelesaian, keluarlah kebijakan moneter Pemerintah Nomor 15 bulan November 1978, hingga pihak kontraktor tidak sanggup melanjutkan pekerjaan, maka pelaksanaan pembangunan menjadi terhenti. Sementara itu jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan H. Asnawi Mangku Alam selaku ketua Pembangunan Monpera berakhir, diganti pejabat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumsel yang baru yaitu H. Sainan Sagiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun