Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Berziarah

11 April 2023   04:40 Diperbarui: 11 April 2023   04:44 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Istri Ki Ronggo menjawabnya. Ia hendak mengobrol serius dengan suaminya. Tetapi, tampaknya Ki Ronggo masih sibuk dengan dunianya. Lantas ia beranjak dari tempat duduknya. Namun tiba-tiba, sebelum kakinya berhasil melangkah, ia terhenti oleh tatapan suaminya. Tatapan itu begitu tajam. Seolah-olah ia tahu apa yang sudah-sedang-akan terjadi. Mungkin berkat intensitasnya terhadap kertas-kertas kuning yang menyala, dan aksara-aksara kuno Arab tanpa harakat membuatnya sangat peka terhadap fenomena. Rasa ingin tahunya besar, sebesar rasa bencinya pada Nyi Rabiah.  

"Lalu apa? Apa ada kabar lain di luar karier politiknya?"

Ki Ronggo paham, tak ada obsesi lain bagi adiknya setelah menjabat sebagai anggota DPR RI kecuali menjadi menteri. Entah menteri sosial, menteri luar negeri atau menteri yang hanya dibidangi oleh kaum hawa: menteri pemberdayaan perempuan. Semakin melonjak naik karier politik adiknya itu semakin khawatir yang ia rasakan. Mulai kondisi Pesantren Al-Khairu II yang sering ditinggalnya, takut jika karakternya berubah; semakin kaya semakin rakus dan pelit, hingga kekhawatiran kalau nama besar Ki Sepuh justru tercoreng karenanya.  

"Nyi Rabiah terjerat sebuah kasus!"  

Istrinya kembali duduk. Berhadapan dengan suaminya. Hanya terpisah dengan meja kecil di antara keduanya. Meja itu berisi tumpukan kitab-kitab kuning. Lalu bergoyang seakan ada getaran mengagetkan. Getaran tangan Ki Ronggo yang dengan spontan menutup kitab tafsir Al-Jalalayn yang tengah dibacanya. Ia takut jika benar-benar nama besar Ki Sepuh tercemar. Entah apa yang akan ia lakukan kepada adiknya yang ceroboh itu. Sudah beberapa kali ia hendak menganggap adiknya bukan lagi keluarganya, tapi penuh iba. Maka dengan berat hati, ia tetap menganggapnya sebagai adik kandung sekalipun tidak pernah ada komunikasi antara keduanya kecuali saat momen tahunan seperti halal bi halal keluarga-santri Pesantren Al-Khairu keseluruhan.  

***

Ki Ragil mulai panik. Ia tidak habis pikir bagaimana jika kasus ini diketahui Ki Ronggo. Entah apa respons kakak pertamanya itu menghadapi Nyi Rabiah. Toh, tanpa ada kasus pun keduanya sudah bermusuhan. Apalagi ditambah kasus besar seperti saat ini. Ki Ragil sudah sejak lama hendak mengajak baikan kedua kakaknya itu. Ia sadar tidak ada gunanya memelihara konflik internal berkepanjangan. Bukan hanya antarkeluarga yang tahu, para santri pun sudah mulai melek informasi rahasia itu. Diam-diam mereka paham ada konflik serius antarpimpinan Pesantren Al-Khairu I-II-III. Akibatnya, para santri membuat kubu-kubu sendiri tidak mau bersatu serentak karena beda pimpinan.  

Tahun lalu, Ki Ragil membuat acara Haul Ki Sepuh secara besar-besaran. Sebelum-sebelumnya hanya bacaan Yasin dan Tahlil di makam tanpa ada acara seremonial yang resmi. Tapi, tahun lalu Ki Ragil menggabungkan acara itu bersamaan Maulid Nabi di bulan Rabiul Awwal. Selain bertujuan meramaikan masyarakat Desa Saestu dan santri, ia juga memiliki agenda lain. Yaitu, hendak mendamaikan Ki Ronggo dan Nyi Rabiah. Sayang, niat tulusnya tidak berhasil. Keduanya berhalangan hadir. Ki Ronggo absen entah apa alasannya, sedangkan Nyi Rabiah persiapan menghadiri rapat sidang komisi DPR di Jakarta.  

"Aku sudah kehabisan cara."

Tuturnya singkat. Bersama istrinya, ia baru saja menyaksikan berita itu di televisi. Saat itu, hanya baru satu saluran televisi swasta yang menayangkannya. Nanti malam dan besok pagi pasti semua serempak menayangkan. Seakan tidak ada objek berita yang lain. Dan bisa jadi, sesama wartawan mereka melakukan aksi tukar-beli berita yang didapatnya. Buktinya, berita sama, rekaman video sama, laporan sama, hanya wajah presenter berita yang berbeda.

"Abah, segera datangi Ki Ronggo, beri tahu soal ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun