Perspektif yang luas menjadikannya luwes dan lentur dalam menjawab berbagai persoalan. Bahkan, pengalaman dan sejarah hidup yang beliau alami bisa menjadi bingkai solusi dari problematika yang menghimpitnya.
Beliau kuliah di Ciputat 1976-1982. Di saat itu, jika mahasiswa lapar bisa menuju warung bubur kacang ijo dengan mudah dan harga yang murah. Sedangkan kini, lebih banyak kafe borjuis.Â
Tempat warung bubur kacang ijo itu pun kini sudah tidak ada. Ini juga yang melatarbelakangi perubahan sosial ekonomi mahasiswa.
Demikian pula ketika mahasiswa bertanya tentang subjektivitas penulis sejarah, Prof Azra menyatakan bahwa subjektivitas tidak bisa dielakkan, ia terjadi secara alamiah.Â
Beliau mencontohkan kenapa Disertasi yang ditulisnya bertema jaringan ulama Nusantara, karena memang latar belakang beliau di kampung halaman---yakni L.A. alias Lubuk Alung, Padang Pariaman---kental dengan nuansa tradisi para ulama. Yang pada akhirnya buku itu terbit luas dan menjadi rujukan utama dalam kajian sejarah ulama Nusantara.
Di samping aktivitas yang super padat---tulisan ini belum menyinggung peran aktif beliau di pemerintahan, organisasi nasional maupun internasional---pemikiran yang jernih, sosok yang disiplin tinggi, serta produktif menulis dan mengisi konferensi, yang membuat saya kagum dari sosok beliau adalah satu hal.
Di usianya 62 tahun ini (lahir 1955) beliau masih menyempatkan waktu untuk para mahasiswa dalam hal keilmuan mapun sekadar foto bersama dan beliau sendirilah memeriksa makalah mereka satu per satu dengan cermat dan teliti.Â
Sebuah pekerjaan yang dianggap 'remeh' oleh kebanyakan tokoh, namun bagi beliau sangatlah penting. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan baik rohani dan jasmani untuk beliau. Amin.
Alfaqir;Fathurrochman Karyadi, mahasiswa magister di SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, konsentrasi filologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H