Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Peminta-minta di Pinggir Jalan

21 Juni 2016   15:13 Diperbarui: 21 Juni 2016   15:29 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ESOKNYA, aku berangkat lebih pagi. Aku berhenti sejauh sepuluh lompatan kelinci dari tempat kakek peminta-minta itu biasa duduk. Sambil melawan bisingnya klakson kendaran, aku menyulut tembakauku. Kepulan asap keluar dari mulut dan hidungku. Aromanya lebih kunikmati daripada asap knalpot belalang modern yang macet di depan mataku. 

Dua batang rokokku habis. Kakek peminta-minta di pinggir jalan itu belum juga muncul. Aku ingin menunggunya lagi dengan satu batang rokok. Tapi langit keburu menghitam. Aku starter motorku, lalu melaju cepat menuju kantor. 

“Bob, ini ada tabloid dari Tata,” Salsa dengan gaun ungunya menuju mejaku. Aku menelan ludah. Setidaknya, jika aku tidak bertemu dengan kakek peminta-minta di pinggir jalan itu, minimal Salsa masih terus menyapaku setiap pagi. Itu nutrisi bagiku.

Aku membaca cerpen untuk kedua kalinya. Sial! Lagi-lagi aku iri ingin menjadi penulis cerita bagus. Kemudian aku mencoba akan men-share kisah tentang kakek peminta-minta di pinggir jalan itu lewat media sosial. Aku mencoba menulis sebisaku. Namun sayang, aku lupa pasword akun-akun sosmedku, mungkin karena seringnya berganti-ganti seperti kurs rupiah dan nominal harga BBM yang tak konsisten. 

Sudahlah, aku memang bukan orang yang pandai bercerita, juga bukan penulis cerita bagus. Aku hanya bisa mendoakan kakek peminta-minta di pinggir jalan itu. 

***

PING!!!” 

Aku kaget pagi-pagi buta Salsa menyapaku lewat BBM. Ini juga hari libur. Ada apa?

PING!!! juga...”

“Semalam aku bermimpi, Bob.”

“Mimpi apa, Sa?”

“Kita makan siang bersama, lalu kamu bercerita.”

“Cerita tentang apa?”

“Kakek peminta-minta di pinggir jalan.”

--TAMAT--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun