Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Peminta-minta di Pinggir Jalan

21 Juni 2016   15:13 Diperbarui: 21 Juni 2016   15:29 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, Sa. Ada banjir di jalan.”

“Tapi, motor kamu nggak mogok, kan?”

“Untung saja tidak.”

Aku berbohong kepada Salsa. Di jalan, sebenarnya banjir tidak begitu besar. Macet pun seperti biasanya. Hanya saja, aku telat karena satu hal. Aku berhenti di jalan Raya Bogor, aku heran mengapa kakek peminta-minta di pinggir jalan itu tidak ada? Aku sampai memarkirkan motorku, tepat di lokasi di mana kakek peminta-minta di pinggir jalan itu duduk. 

Aku bertanya kepada pemilik bengkel di samping, dia menjawab tidak tahu. Toh, mana mungkin bos bengkel peduli dengan kakek peminta-minta di pinggir jalan itu. Aku melihat jam tangan, tidak ada yang ganjil. Biasanya tepat pukul ini aku melintas dan kakek peminta-minta di pinggir jalan itu juga ada di sini. 

Lalu, ke mana kakek peminta-minta di pinggir jalan itu pergi?

Tanpa dia, aku tidak lagi termotivasi. Semangatku meleleh. Aku relakan menelusuri jalan di mana kakek peminta-minta di pinggir jalan itu lewat. Aku menebaknya pasti lewat pinggir kali, dekat Pasar Kramat Jati. Beberapa orang yang aku temui mengaku mengenalnya, tapi tidak tahu di mana tempat tinggalnya.

“Biasanya, mangkal di pinggir jalan itu, Om,” sahut seorang bocah yang mengenakan jersey Real Madrid.

“Iya, biasanya jam segini kakek itu juga lewat sini kok, Nak,” ibu-ibu penjual kue cucur memberi informasi.

Aku lihat jam tangan, sudah 10 menit berlalu, kakek peminta-minta di pinggir jalan itu belum juga tampak. Perasaanku tidak enak, mungkinkah ia mencari tempat pangkalan lain, atau memang sengaja libur tidak mangkal, atau apa. Tepat lima menit kemudian aku cabut menuju kantor.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun