Mohon tunggu...
Attar Muhammad Ghazi
Attar Muhammad Ghazi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki minat terhadap Politik, Seni dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran dan Strategi Muhammadiyah sebagai Kelompok Kepentingan dalam Mempengaruhi Politik Pemeritahan Indonesia

15 Juni 2024   12:05 Diperbarui: 15 Juni 2024   12:59 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kelompok Kepentingan disebut juga sebagai kelompok penekan merupakan sekelompok orang yang terorganisir dan memiliki kepentingan-kepentingan yang sama. Dalam mencapai kepentingan kelompok, mereka menggunakan cara mempengaruhi kebijakan pemerintah. Dengan kata lain, kelompok kepentingan memiliki sikap untuk mempengaruhi kekuasaan. Bagaimanakah peran dan strategi Muhammadiyah sebagai organisasi massa dalam mempengaruhi politik pemerintahan Indonesia ?

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Organisasi ini memiliki tujuan utama untuk memurnikan ajaran Islam dari berbagai praktik yang dianggap bid'ah dan untuk memperkuat pendidikan serta kesejahteraan umat. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan dan sosial, tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam ranah politik di Indonesia. Esai ini akan membahas hubungan antara Muhammadiyah dan politik, termasuk bagaimana Muhammadiyah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dinamika politik di Indonesia.

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan peran yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk politik. Meskipun secara resmi menyatakan diri sebagai organisasi non-politik, Muhammadiyah memiliki pengaruh yang kuat dalam dinamika politik pemerintahan Indonesia. Esai ini akan mengeksplorasi peran dan strategi Muhammadiyah dalam mempengaruhi politik pemerintahan Indonesia, dari masa awal berdirinya hingga era kontemporer.

Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah menekankan prinsip non-partisan dalam politik. KH Ahmad Dahlan dan para penerusnya menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi dakwah yang fokus pada pemurnian ajaran Islam, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Dalam konteks ini, Muhammadiyah berusaha untuk tidak terlibat langsung dalam politik praktis atau menjadi alat politik dari kelompok tertentu. Prinsip ini bertujuan untuk menjaga netralitas organisasi dan agar dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat tanpa adanya afiliasi politik yang dapat menimbulkan perpecahan.

Strategi utama Muhammadiyah adalah menjaga netralitas aktif. Meskipun tidak terlibat dalam politik praktis, Muhammadiyah tetap aktif dalam memberikan pandangan dan masukan terhadap kebijakan pemerintah. Netralitas ini memungkinkan Muhammadiyah untuk berperan sebagai kekuatan moral yang mengawasi jalannya pemerintahan tanpa terjebak dalam konflik politik partisan. Dengan demikian, Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi yang obyektif dan konstruktif dalam proses pengambilan keputusan politik.

Muhammadiyah menggunakan pendidikan politik non-formal sebagai strategi untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Melalui seminar, diskusi publik, dan penerbitan literatur, Muhammadiyah menyebarkan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial. Pendidikan politik ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar lebih kritis dan aktif dalam proses politik. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih memahami hak dan kewajibannya dalam sistem demokrasi.

Meskipun secara formal Muhammadiyah menyatakan dirinya non-politik, pengaruhnya dalam politik nasional tidak dapat diabaikan. Muhammadiyah memiliki basis massa yang besar dan jaringan yang luas di seluruh Indonesia, yang membuat suara dan pandangannya sering kali diperhitungkan oleh para politisi dan pengambil kebijakan. Banyak tokoh Muhammadiyah yang berkiprah dalam politik nasional, baik sebagai anggota legislatif, eksekutif, maupun dalam posisi strategis lainnya.

Salah satu contoh nyata pengaruh Muhammadiyah dalam politik adalah perannya dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo terlibat aktif dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Mereka memberikan kontribusi signifikan dalam perumusan dasar negara dan UUD 1945. Peran aktif Muhammadiyah ini menunjukkan bahwa meskipun organisasi ini tidak berpolitik praktis, namun ia tetap berkontribusi dalam perjuangan politik yang bersifat strategis dan fundamental.

Pada masa Orde Baru, Muhammadiyah menghadapi tantangan yang berbeda. Pemerintahan Soeharto cenderung represif terhadap organisasi-organisasi yang dianggap potensial untuk menggerakkan oposisi. Muhammadiyah, bersama dengan organisasi masyarakat lainnya, harus menavigasi lanskap politik yang penuh dengan kontrol dan tekanan dari pemerintah. Pada periode ini, Muhammadiyah tetap berusaha menjaga jarak dari politik praktis, namun tidak dapat sepenuhnya menghindari dinamika politik yang ada. Muhammadiyah terus berfokus pada pengembangan pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya sebagai bentuk kontribusi terhadap bangsa tanpa terlibat dalam konflik politik secara langsung.

Era Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 membuka ruang lebih luas bagi keterlibatan masyarakat sipil, termasuk Muhammadiyah, dalam politik. Kebebasan berpendapat dan berorganisasi yang lebih besar memberikan kesempatan bagi Muhammadiyah untuk lebih vokal dalam menyuarakan pandangan-pandangan politiknya. Muhammadiyah menjadi salah satu suara moral yang kritis terhadap pemerintahan dan kebijakan yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Pada era ini, banyak kader Muhammadiyah yang terjun ke dunia politik, baik melalui partai politik maupun jalur independen. Salah satu tokoh yang menonjol adalah Amien Rais, mantan Ketua Umum Muhammadiyah, yang menjadi salah satu penggerak utama Reformasi dan mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN). Kehadiran tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam politik praktis menunjukkan bahwa meskipun organisasi ini secara formal menjaga jarak dari politik, namun para anggotanya memiliki kebebasan untuk berkiprah di ranah politik sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai yang diusung Muhammadiyah.

Pada era kontemporer, Muhammadiyah terus menghadapi berbagai tantangan dalam hubungannya dengan politik. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara peran sebagai organisasi dakwah dan sosial dengan kenyataan bahwa banyak anggotanya terlibat dalam politik praktis. Muhammadiyah perlu memastikan bahwa keterlibatan anggotanya dalam politik tidak merusak citra dan integritas organisasi.

Muhammadiyah memainkan peran penting dalam politik pemerintahan Indonesia melalui berbagai cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar organisasinya. Dengan strategi yang mencakup netralitas aktif, pendidikan politik non-formal, kerjasama, mobilisasi sosial, dan pemanfaatan media, Muhammadiyah berhasil mempengaruhi kebijakan pemerintah dan membentuk opini publik. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Muhammadiyah tetap menjadi salah satu kekuatan utama dalam memajukan demokrasi dan keadilan sosial di Indonesia. Peran dan strategi ini memungkinkan Muhammadiyah untuk terus berkontribusi secara signifikan dalam dinamika politik nasional tanpa kehilangan identitas dan misinya sebagai organisasi dakwah dan sosial.

Selain itu, Muhammadiyah juga harus beradaptasi dengan dinamika politik yang terus berubah, termasuk menghadapi isu-isu global seperti demokratisasi, hak asasi manusia, dan globalisasi. Muhammadiyah diharapkan dapat terus menjadi suara moral yang memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus menjaga independensinya dari pengaruh politik yang dapat mengganggu misi utamanya.

Muhammadiyah, dengan prinsip non-politiknya, telah menunjukkan bahwa ia dapat memberikan kontribusi signifikan dalam politik nasional melalui jalur yang berbeda. Meskipun tidak terlibat langsung dalam politik praktis, pengaruhnya dalam proses politik dan kebijakan tidak dapat diabaikan. Kader-kader Muhammadiyah yang aktif dalam politik menunjukkan bahwa nilai-nilai yang diusung oleh organisasi ini dapat diimplementasikan dalam ranah politik untuk kepentingan yang lebih luas.

Ke depan, Muhammadiyah perlu terus menjaga keseimbangan antara peran dakwah dan sosial dengan kenyataan politik yang ada. Dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai yang diusungnya, Muhammadiyah dapat terus menjadi kekuatan positif dalam dinamika politik Indonesia, memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan kemaslahatan umat. [Attar Muhammad Ghazi_20230510216_H_AIK 2_Universitas Muhammadiyah Yogyakarta]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun