Sejarah Antropometri.
Berawal dari kajian ilmu antropologi yang mempelajari manusia termasuk dari bagian luar dan dalam. Secara spesifik terdapat cabang antropologi yang mempelajari tentang ukuran dan proporsi tubuh manusia yang bisa disebut dengan antropologi fisik.Â
Dari kajian ilmu antropologi fisik dapat memberikan sumbangsih terbesar dari itu sehingga timbullah kajian ilmu baru yang lebih mempelajari pengukuran tubuh manusia yang bisa kita kenal dengan antropometri.
Seorang ahli statistik dari bangsa Belgia bernama Adolphe Quetelet merupakan orang yang memperkenalkan kajian ilmu antropometri dengan pengaplikasian dalam bentuk konsep statistik pada data antropologi (Kroemer et al., 1994) dalam Buku Antropometri dan Aplikasinya.Â
Pada masa Adolphe data antropometri belum banyak digunakan terutama dalam kajian antropometri. Ketika abad ke-19 merupakan awal era antropometri modern berlangsung, hal tersebut penggunaan antropometri bagi keperluan perancangan oleh industri-industri.
Pada akhir abad 19 dalam disiplin ilmu digunakan secara luas. Antropometri digunakan dalam berbagai hal perancangan fasilitas kerja, merancang alat sesuai dengan proporsi tubuh, stasiun kerja, dan fasilitas kerja.Â
Data-data antropometri digunakan sebagai dasar bagi para ergonom untuk merancang berbagai macam kebutuhan sesuai dengan dimensi tubuh dan diharapkan dapat mempermudah kemampuan individu dalam bekerja. Harapan dari data antropometri dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Definisi Antropometri
Dalam buku Ergonomi, Stevenson (1989) mendefinisikan antropometri sebagai suatu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia dengan meliputi kecepatan, ukuran, kekuatan, dan aspek lain dalam manusia. Pulat (1992) mendefinisikan antropometri sebagai studi dari dimensi tubuh manusia. Sanders & Mc. Cormick (1987) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh dan karakteristik yang relevan yang didesain untuk dipakai orang.Â
Bridger (1995) menjelaskan antropometri berasal dari kata latin yaitu anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti pengukuran, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa antropometri merupakan pengukuran tubuh manusia. Nurmianto (1991) menjelaskan bahwa antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang ada hubungannya dengan ukuran fisik tubuh, bentuk, dan kekuatan  manusia dan data tersebut dibuat sebagai desain.
Penerapan Antropometri
Berbagai banyak penerapan antropometri dalam industri, tidak hanya dalam hal yang menyangkut dengan karakteristik peralatan, aktivitas, dan perlengkapan bahkan sebagai perancangan stasiun kerja. Berbagai macam pertimbangan dalam penyusunan stasiun kerja perlu dikaji dengan teliti terutama dalam satu antropometri.Â
Perlu dikaji lebih lanjut dalam perancangan stasiun kerja dan diperlukan pengetahuan yang luas tentang batas-batas jangkauan dari anggota tubuh manusia. Anggota tubuh manusia yang berbeda bentuk dan ukuran perlu digali lebih lanjut guna meningkatkan kinerja terutama wilayah kerja normal dan wilayah kerja maksimum.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Antropometri
Variabilitas dimensi tubuh manusia dipengaruhi dalam beberapa faktor antara lain :
Umur
Setiap rancangan disesuaikan dengan umur penggunanya, setiap peralatan yang dirancang untuk anak-anak dan orang dewasa pasti berbeda bahkan aktivitas dan kekuatan manusia mempunyai perbedaan tersendiri.
Jenis Kelamin
Secara kodrat hampir rata-rata tinggi badan laki-laki dewasa dan perempuan dewasa dan dimensi tubuh laki-laki perempuan berbeda.
Ras (Etnis)
Adanya perbedaan ras dan kelompok menjadi variabilitas dimensi tubuh, hal tersebut dapat kita lihat dari perpindahan penduduk dari satu tempat dan yang lain seringkali menjadi permasalahan dalam perancangan stasiun kerja
Pekerjaan atau Profesi
Jenis pekerjaan yang dilakukan menjadi variabilitas bisa dilihat dari kondisi tubuh setiap pekerjaan antara pekerjaan yang dilakukan lebih banyak menggunakan tenaga fisik dan pekerjaan yang lebih banyak menggunakan pikiran.
Lingkungan Daerah
Dimensi tubuh manusia bisa ditentukan dengan dimana lingkungannya, hal tersebut bisa dilihat dimana letak geografisnya antara yang tinggal di perkotaan dan pedesaan
Tingkat Sosial dan Status Nutrisi
Tingkat sosial yang tinggi akan berdampak pada pemenuhan gizi yang cukup. Sebaliknya tingkat sosial yang rendah akan berdampak dalam pengurangan pemenuhan gizi.
Peralatan Pengukuran Antropometri
Data yang didapatkan menggunakan peralatan sederhana seperti kursi antropometri adapun peralatannya seperti jangka lengkung dan jangka sorong, antropometer dan timbangan untuk berat badan dan lain-lain.Â
Cara menggunakan dengan cara subjek duduk dan dimensi tubuh yang diukur seperti tinggi, lebar, dan panjang. Ada beberapa peralatan lain yang mendukung seperti rekaman video, stereophometry, dan holography. Beberapa alat pendukung menunjang dari kekurangan dari peralatan antropometri yang sebelum-belumnya.
Metode Pengukuran Dimensi Tubuh
Dalam mengukur dimensi tubuh manusia dibedakan menjadi dua hal dalam metodenya yaitu pengukuran yang sifatnya statis (subjek kondisi diam) atau disebut dimensi struktural dan pengukuran yang sifatnya dinamis (subjek kondisi bergerak) atau disebut dimensi fungsional.
Pengukuran Dimensi Statis
Pengertian dari pengukuran dimensi statis merupakan pengukuran yang mencakup pengukuran seluruh bagian tubuh dalam posisi standar dan diam baik dalam posisi berdiri maupun duduk. Biasanya pengukuran dimensi statis digunakan sebagai perancangan alat-alat, peralatan, tempat duduk, peralatan rumah tangga dan lain-lain.Â
Dalam hal perancangan produk perlu hal- hal yang dipertimbangkan seperti perbedaan tubuh setiap bangsa atau negara yang cukup bervariasi. Maka dari itu dalam proses perancangan berbagai dimensi tubuh manusia yang diperlukan antara lain
Tinggi badan (Tb) : Dari lantai sampai kepala bagian atas secara vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak.
Tinggi mata berdiri (Tmb) : Dari lantai sampai mata subjek secara vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak.
Tinggi bahu berdiri (Tbb) : Diukur dari lantai sampai dengan bahu subjek secara vertikal dalam posisi berdiri.
Tinggi siku berdiri (Tsb) : Diukur dari lantai sampai bagian bawah siku secara vertikal dalam posisi berdiri.
Tinggi pinggul (Tp) : Diukur dari lantai sampai pinggul secara vertikal dalam posisi berdiri.
Tinggi buku jari berdiri (Tbjb) : Diukur dari lantai sampai metakarpal secara vertikal dalam posisi berdiri.
Tinggi ujung jari berdiri (Tujb) : Diukur dari lantai sampai ujung jari vertikal dalam posisi berdiri.
Tinggi duduk (Td) : Diukur dari permukaan tempat duduk sampai kepala bagian atas secara vertikal dalam posisi duduk tegak.
Tinggi mata duduk (Tmd) : Diukur dari permukaan tempat duduk sampai mata secara vertikal dalam posisi duduk.
Tinggi siku duduk (Tsd) : Diukur dari permukaan tempat duduk sampai bagian bawah secara vertikal dalam posisi duduk.
Tinggi bahu duduk (Tbd) : Diukur dari permukaan tempat duduk sampai bagian atas.
Tinggi popliteal (Tpo) : Diukur dari lantai sampai popliteal (lutut bagian belakang) secara vertikal dalam posisi duduk.
Tinggi lutut (Tl) : Diukur dari lantai sampai lutut bagian atas secara vertikal dalam posisi duduk.
Panjang paha (Pp) : Diukur dari lutut bagian luar sampai pantat secara horizontal dalam posisi duduk
Panjang popliteal paha (Ppp) : Diukur dari lutut bagian dalam sampai pantat secara horizontal dalam posisi duduk.
Lebar bahu (Lb) : Diukur dari lebar bahu berdiri dari dua jenis pengukuran yaitu pengukuran deltoid dan akromial.
Lebar pinggul (Lp) : Diukur secara horizontal dari pinggul sisi kanan dan kiri dalam posisi duduk.
Jangkauan vertikal duduk (Jvd) : Diukur dari alas duduk sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi duduk.
Jangkauan vertikal berdiri (Jvb) : Diukur dari lantai sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi berdiri.
Jangkauan horizontal duduk (Jhd) dan Jangkauan horizontal berdiri (Jhb) : Diukur dari tulang akromial sampai ujung jari secara horizontal dalam posisi duduk maupun dalam posisi berdiri.
Pengukuran Dimensi Dinamis
Pengertian dari ini merupakan pengukuran dimensi tubuh dalam kondisi kerja atau pergerakan yang hanya dibutuhkan dalam suatu pekerjaan. Dalam pengukuran dimensi dinamis merupakan cukup sulit dilakukan karena prosesnya mempertimbangkan gerakan tubuh.adapun teknik pengukuran dimensi dinamis agak berbeda dari yang statis, berikut pengukuran dimensi dinamis yang sering dilakukan antara lain :
Panjang badan tengkurap (Pbt) : Diukur dari tangan (ujung jari tengah atau kepala tangan) sampai ujung jari kaki secara horizontal, pengukuran ini dilakukan dengan cara badan dalam posisi tengkurap dengan posisi tangan terlentang ke depan dengan posisi kaki lurus.
Tinggi badan tengkurap (Tbt) : Diukur dari lantai sampai dengan bagian atas kepala secara vertikal, pengukuran dilakukan dengan cara badan dalam posisi tengkurap dengan posisi tangan terlentang ke depan dengan posisi kaki lurus namun posisi kepala terangkat ke atas maksimal. Pengukuran ini sama seperti posisi tubuh saat mengukur panjang badan tengkurap.
Tinggi badan jongkok (Tbj) : Diukur dari lantai sampai kepala bagian atas secara vertikal, pengukuran dilakukan dengan cara posisi jongkok dengan badan tegak kaki kanan atau kiri pada lantai sedangkan kaki lainnya bertumpu pada jari kaki.
Panjang badan merangkak (Pbm) : Diukur dari kepala bagian depan sampai ujung jari kaki, pengukuran ini dilakukan dengan cara posisi badan merangkak yang ditopang oleh kedua tungkai bawah dan kedua tangan.
Tinggi badan merangkak (Tbm) : Diukur dari lantai sampai kepala bagian atas pada posisi merangkak, pengukuran ini dilakukan dengan cara posisi badan merangkak yang ditopang oleh kedua tungkai bawah dan kedua tangan. Pengukuran ini sama seperti posisi tubuh saat mengukur panjang badan merangkak.
Dalam pengukuran dimensi dinamis dan statis untuk kebutuhan data merupakan satu kesatuan dalam pembuatan kebutuhan kerja ataupun aktivitas sehari-hari. Semua data sama-sama penting bagi perancang fasilitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H