Setelah kegiatan mengaji selesai, anak-anak kini mulai terlihat untuk meninggalkan surau. Tak terkecuali dengan Raden, sang ayah terlihat begitu perhatian memakaikan jas hujan berwarna kuning untuk buah hatinya itu.
Di dalam surau, Amiru hanya duduk terdiam sambil mengamati aktivitas yang dilakukan oleh Pak Agus tadi.
"Wajahmu kenapa kok terlihat murung gitu ?" Kata Ustadz Muhajir kepada Amiru
"Andai ayah saya seperti ayah Raden, pasti hidup saya akan enak kan pak ustadz ?"
Ustadz Muhajir lalu terkekeh pelan, "Memangnya kamu tidak sayang dengan ayahmu yang sekarang ?"
"Sayang, tapi ayahku nggak bisa jadi seperti ayah Raden yang selalu memberi banyak barang mewah untuk dia." Balas Amiru
Ustadz Muhajir lalu memandang Amiru dengan tatapan penuh kasih, "Amiru, jangan sampai kamu melupakan kasih sayang ayahmu hanya karena kamu telah melihat berlian di hadapanmu. Berlian memang terlihat begitu mewah, tetapi jika ia tidak dirawat dengan baik, maka ia juga akan berlaku sama seperti batu yang ada di pinggir sungai."
"Batu koral" Amiru lalu tertawa renyah setelah mendengar nasihat dari Ustadz Muhajir
"Nah, itu tau" Keduanya lalu tertawa bersama-sama di sela-sela rintikan hujan yang kini mulai mereda.
Lalu dari kejauhan nampak seorang lelaki berjalan perlahan menuju surau tempat keduanya berada.
"Lihat ! Ayahmu rela datang jauh-jauh kemari. Ayahmu mungkin tidak bisa membelikanmu jas hujan seperti ayah Raden, tapi kasih sayangnya untuk dirimu sepertinya nampak lebih besar daripada ayah Raden." Ujar Ustadz Muhajir sambil melirik ayah Amiru yang kini sudah semakin dekat di bibir pintu surau.