Mohon tunggu...
Atmaaqila AL
Atmaaqila AL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wirausaha sebagai Sarana untuk Keluar dari Kemiskinan

2 Juli 2023   21:30 Diperbarui: 2 Juli 2023   21:49 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a.Latar Belakang

Salah satu indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari angka kemiskinannya. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama dalam pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001). Karena kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan.

Masyarakat miskin sangat lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi. Dalam konteks demikian, kemiskinan dengan demikian erat kaitannya dengan kapasitas dan jumlah penduduk dalam suatu daerah itu sendiri.

Angka kemiskinan hampir sama tuanya dengan umur peradaban manusia, dimana manusia ada, disitu pasti ada kemiskinan. Angka kemiskinan setiap tahun mengalami peningkatan, tidak sebanding lurus dengan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan.

Secara finansial, Penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan, atau tidak dapat bergerak dan berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiyaan terhadap diri sendiri, ini merupakan sikap mental manusia itu sendiri, paradigma ini biasa disebut kemiskinan kultural, sedangkan ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiyaan orang lain yang dalam hal ini biasa disebut kemiskinan struktural.

Idris Thaha mempunyai pandangan khusus terhadap realitas kemiskinan secara garis besar disebabkan karena manusia tidak bahkan engga. untuk berfikir secara rasional atau karena memang mempunyai budaya miskin (the culture of poverty) karena mereka kurang ter motivasi untuk berprestasi dan ber kewiraswastaaan atau bahkan karena etos kerja yang lemah dan kemiskinan muncul pada mereka merupakan dampak dari ketidakadilan sosial yang terwujud dalam struktur-struktur sosial yang tidak adil, yang tidak memperhitungkan mereka sebagai subjek yang terlibat dalam sejarah sosial dan ekonomi. 

Berhubungan dengan lemahnya motivasi berprestasi, maka para kaum miskin perlu melakukan perubahan dalam paradigm berpikirnya, hal ini tentunya berkaitan dengan jiwa sebagai unsur penggerak utama hidup manusia. Maka disini perlu up grade motivasi. Usaha yang mengarah kepada perbaikan motivasi yang dilakukan dengan perbaikan mentalitas pribadi yang dari sudut pandang psikologi biasa dilakukan dengan latihan-latihan motivasi berprestasi hal ini senada dengan teori yang psikologi motivasi dari David McClelland. 

b.Manfaat Penulisan

Penulis berharap pembaca akan memiliki dua karakter utama. Pertama, memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan taraf hidup yang dialaminya saat ini menuju kondisi yang lebih baik. Ia tidak mudah puas dengan kepemilikan materi yang telah didapatkannya dengan sekian banyak aktifitas ekonomi yang dilakukannya, namun lebih memiliki pandangan jauh akan kebutuhan hidup kedepan yang memerlukan persiapan lebih matang lagi. Kedua, orang itu akan melakukan perubahan cara pencapaian tujuan dengan langkah-langkah yang lebih baik. 

Orang yang memiliki nach tinggi, kerap kali akan melakukan evaluasi atas apa yang telah dilakukannya, sehingga ia akan mengetahui kelebihan dan kekurangan langkah atau cara yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi inilah yang kemudian membawanya pada keinginan untuk lebih efisien dan efektif dalam melakukan sesuatu pada masa depan, sehingga pencapaian target kehidupan menjadi lebih terjamin. 

c.Permasalahan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun