Mohon tunggu...
Afif TriMulkhan
Afif TriMulkhan Mohon Tunggu... Pramusaji - new

ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Multikultural Sejak Dini

13 Desember 2020   17:45 Diperbarui: 13 Desember 2020   17:47 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diunduh dari : https://www.bing.com

Masih ingatkah dengan tragedi Sampit pada 2001? Sebuah konflik bersejarah sekaligus berdarah antara Suku Dayak dengan transmigran Suku Madura. Atau masih ingatkah dengan konflik antar agama di Ambon pada 1999? 

Konflik yang melibatkan kelompok warga beragama Islam dengan kelompok warga beragama Kristen itu tentunya menorehkan bekas luka mendalam bagi sejarah toleransi di Indonesia. 

Kedua konflik itu memiliki kesamaan, yaitu didasari oleh SARA. Tidak hanya itu, masih banyak lagi kasus konflik lain yang didasari oleh  perbedaan suku, agama, ras, hingga perbedaan budaya.

Keberagam yang dimiliki oleh Indonesia diibaratkan 2 mata koin. Di satu sisi, keberagaman dapat menjadi kekuatan, misalkan dari segi keberagaman budaya dapat menarik turis untuk berwisata di Indonesia. 

Tetapi di sisi lain keberagaman dapat menjadi penyebab dari diskriminasi, penindasan, hingga konflik. Indonesia sebagai negara yang sangat majemuk, memiliki tantangan yang besar dalam membangun kebersamaan di tengah perbedaan. 

Toleransi sebagai dasar dari penerimaan perbedaan masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus dibenahi. Nampaknya kita harus kembali melihat lambang Garuda Pancasila yang mencengram pita bertuliskan "Bhineka Tunggal Ika" yang dirumuskan sebagai semboyan negara.

Mengapa toleransi terhadap perbedaan itu masih belum berjalan baik? Apa yang perlu dibenahi dari masyarakat Indonesia? Menurut saya, hal itu disebabkan oleh pemahaman yang kurang terdapat perbedaan itu sendiri. Masyarakat hanya berfokus pada perbedaan, dan kurang memahami mengapa terdapat perbedaan, hanya memahami diri sendiri tetapi tidak memahami orang lain. 

Masyarakat sama halnya dengan pelangi. Jika pelangi terdiri dari beragam warna yang bersatu, masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok kecil berbeda yang membentuk masyarakat. 

Hal ini menjadi membahayakan karena menciptakan masyarakat yang bersikap menutup diri terhadap perbedaan. Ketika masyararakat menutup diri itulah mereka menjadi mudah terprovokasi terhadap kelompok di luar mereka, yang parahnya memicu konflik.

Setelah menemukan masalah utamanya yaitu kurangnya pemahaman terhadap perbedaan, lalu apakah solusinya? Tentunnya diperlukan usaha untuk memberikan pemahaman tentang perbedaan melalui pendidikan multikultural yang diberikan kepada anak-anak sejak usia dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun