Pernahkan disimak para pendapat para kritikus yang menyebut bahwa mengatasi banjir dan macet yang menjadi titik kritis untuk pembenahan ini saja tidak berhasil, sementara pendahulu-pendahulunya saja juga puyeng dan bingung cara mengartasinya karena banyak kepentingan disana, tetapi dengan fantastis dibilang berhasil dan sangat berhasil dengan cuma cara sakti yaitu blusukan. Sementra blusukan air banjir lebih dahsyat cepatnya karena sudah mengalir jauh menenggelamkan penduduk.
apa motifasi menggoreng citra tersebut pastilah nggak mungkin minta imbalan bentuk spiritual kalau minta imbalan ini nggak usah capek2 mengeluarkan dana besar. Pasti motifnya berkisaran di prinsip ekonomi mengeluarkan uang sekecil-kecilnya mendapatkan laba sebesar-besarnya. nggak perlu direktur utamanya orang jenius atau pinter-pinter amat nanti malah susah dikendalikan, kalau bisa orangnya biasa-biasa aja dan dapat dikendalikan yang penting mau manut kepada kemauan dan petunjuk para sponsornya terserah kontrak ijonnya mau dalam bentuk apa.
disamping media informasi pasti dong ada orang-orang yang berperan didalamnya, media informasi nggak mungkin berfungsi kalau nggak ada orang-orangnya yang terlibat. itulah kalau para kritikus sering menyebut itulah pasukan wanipiro.
sadar atau tidak sadar apakah kita paham tidak sih apa yang kita dukung, apakah yang kita dukung ini akan menghasilkan sesuatu perbaikan atau tidak bagi negeri ini. Sadar tidak sih kita sedang hanyut oleh permainan orang untuk mencapai tujuannya. Barapa persenkah kita paham dan mengerti betul dengan orang yang akan kita dukung atau kita hanya ikut-ikutan saja sementara kita nggak paham sama sekali terhadap orang yang kita dukung.
Apakah kita akan selalu mendapatkan pemimpin yang selalu mengecewakan hati kita, karena salah kita sendiri nggak pernah mau mempelajari dan meneliti calon yang akan kita pilih secara mendalam. kita sukanya melihat pada tataran kulit-kulit saja dan sering terpengaruh apa yang sedang booming dan merasa nggak trendy kalau nggak ikut2an apalagi dalam dukung mendukung. Kita nggak mau belajar mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi, yang ada malah ikut tergerus oleh fenomena tersebut.
itulah yang dapat dirasakan sepertinya adanya asimetri informasi yang sedang disulap menjadi sesuatu yang menguntungkan dan menjadi fatamorgana dan bisa akan menjadi kerugian bagi orang banyak dalam pilres ini jika tidak menyimak seksama.
itu diatas cuma perasaan aja seperti-sepertinya ada yang sedang melakukan..tetapi terserah yang lain aja..setuju atau tidak setujunya...apa salahnya kalau fenomena ini diuji secara ilmiah untuk bahan skripsinya S3 jurusan ilmu khayal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H