Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

18 Bulan bersama Hujan

11 Januari 2021   03:45 Diperbarui: 11 Januari 2021   04:15 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: freepik.com

Suara angin dan petir bergemuruh mengiringi hujan deras malam itu di tengah Kota Jakarta. Di sebuah appartemen, Surya dan Indira duduk berhadapan, saling diam. Lampu appartemen yang temaram dan iringan suara saxophone milik Kenny G, menambah keromantisan suasana di appartemen tersebut. Keduanya begitu menyukai hujan, tapi tidak saat ini.

"Aku sayang banget sama kamu" kata Indira menatap laki-laki di hadapannya, sambil menangis. Surya hanya menunduk, air mata pun keluar dari matanya juga.

***

Sebuah kereta api terlihat berjalan pelan memasuki sebuah stasiun di Kota Solo. Di dalam sebuah gerbong kereta itu, Indira terlihat berdiri di pintu gerbong, tidak sabar menunggu kereta berhenti. Kereta jurusan Malang-Jakarta itu hanya berhenti 5 menit di stasiun tersebut.

Ketika kereta berhenti, Indira segera keluar dari kereta dan dengan terburu-buru menuju toko kecil yang berada di dekat pintu keluar stasiun. "Ada pembalut Bu? Tanya Indira kepada penjaga toko kecil itu terburu-buru. "Ada mbak, mau yang mana" kata ibu penjaga, sambil menunjuk beberapa brand pembalut wanita. "Ini 25 ribu" kata si ibu. Indira pun menyodorkan sebuah kartu kredit. "Cash aja mbak, gak bisa pakai kartu di sini" kata si ibu singkat.

Dengan panik, Indira merogoh-rogoh tas miliknya, ia lupa sama sekali tidak memegang cash. "Di deket loket ada ATM mbak" kata si ibu. Tetapi tidak lama setelah itu, terdengar pengumuman bahwa kereta akan kembali melanjutkan perjalanan. Tidak mungkin keburu, pikir Indira panik.

"Sama saya aja ini, sekalian Aqua besarnya satu bu" kata Surya sudah sejak tadi melihat Indira panik. Indira menoleh ke arah pria yang tidak ia kenalnya tersebut. "Gak papa, santai aja" kata Surya singkat sambil memberikan pembalut milik Indira yang sudah ia bayar.

Pengumuman berangkatnya kereta kembali terdengar, "Kereta saya sudah mau berangkat, saya duluan ya" Kata Indira sambil mengundurkan diri dan setengah berlari menuju gerbongnya yang agak jauh dari toko tersebut karena dekat dengan lokomotif.

Sambil berlari, Indira ingat kalau dia belum berterima kasih kepada pria itu. Sebelum masuk gerbongnya, Indira melihat ke belakang, terlihat pria tadi berjalan menuju gerbong belakang kereta itu. "Kenapa aku lari-lari ke gerbong depan ya, gak masuk dari pintu terdekat aja" pikir Indira menyadari kebodohannya.  

Setelah keluar dari kamar mandi di kereta, Indira kembali ke tempat duduknya. Ia menghela nafas, menyesal lupa untuk menanyakan nama atau bahkan berterima kasih kepada pria tadi. Tiba-tiba ia teringat kalau, setelah dari toko tadi, ia melihat pria tersebut juga berjalan menuju kereta yang ia tumpangi. Mungkin kalau ia menyusuri gerbong kereta sampai belakang, ia bisa bertemu pria tadi paling tidak untuk mengucapkan terima kasih, pikir Indira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun