Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

18 Bulan bersama Hujan

11 Januari 2021   03:45 Diperbarui: 11 Januari 2021   04:15 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak lama kemudian, mereka sampai di appartemen milik Surya. Setelah memakirkan mobilnya, Indira bertanya kepada Surya "Apa rencana kamu malam ini?". "Istirahat, terus nanti tengah malam nonton Liverpool" jawab Surya. "Kamu gak papa kan?" tanya Indira, mengetahui bahwa biasanya Surya menonton klub kesayangannya itu bersama Hasyim, almarhum sahabat terdekat Surya. "Aku gak papa, udah kamu masih harus ngantor kan habis ini, santai aja, aku beneran gak papa" kata Surya sambil keluar dari mobil.

Tengah malam itu, Surya sudah duduk di sofa depan tv di appartemennya, bersiap menonton pertandingan Liverpool vs Barcelona. Menonton pertandingan Liverpool, biasanya membuat Surya bersemangat, tapi tidak kali ini. Ia seakan-akan baru tersadar bahwa sahabat baiknya sudah tiada.

"Tok tok tok" tiba-tiba suara ketukan pintu appartemen Surya berbunyi. Siapa yang bertamu tengah malam gini? Pikir Surya sambil berjalan menuju pintu. Surya terkejut ketika ia membuka pintu. Terlihat Indira, dengan mengenakan berbagai atribut Liverpool mulai kaos, syal dan topi, berdiri sambil membawa bungkusan martabak di tangannya.

"Tadaaa...." Kata Indira setengah berteriak, semangat. Tanpa berkata-kata, Surya memeluk Indira. "Udah... udah... waktunya kita liat kehancuran Barcelona" Kata Indira mengusap punggung Surya, menyemangati kekasihnya itu.

Malam itu, malam yang spesial buat Surya. Bukan hanya karena kemenangan Liverpool yang membalikan keadaan, tetapi keberadaan Indira di samping Surya.

***

Indira sudah kembali duduk di kursinya setelah beberapa saat lalu memeluk Surya. Keduanya kembali diselimuti oleh diam, mereka seakan bersembunyi dibalik selimut itu. Mencoba memberanikan diri, Indira berkata "Aku gak bisa terima cincin itu, Va" katanya singkat, menunjuk sebuah kotak kecil yang terbungkus kain beludru berwarna hitam yang berada di samping vas yang dipenuhi dengan bunga mawar.

"Kamu tahu apa yang aku inginkan, cita-cita aku, aku tahu apa yang kamu inginkan, cita-cita kamu, beda banget" Kata Indira lirih. "Bersama-sama, kita gak akan mencapai cita-cita kita masing-masing" lanjut Indira, masih lirih.

"Tapi aku sayang kamu" kata Surya, "Aku juga, aku sayang banget sama kamu" jawab Indira. "Tapi saat ini, cinta dan sayang tidak cukup". Kata Indira

***

Sebuah mobil melaju kencang di tol Jagorawi, Surya mengemudikan mobil tersebut. Indira, disampingnya, masih sesenggukan. "Emang sampai sebegitunya ya, kamu sampai nangis kayak gitu?" tanya Surya, agak ketus. Indira diam saja. "Apa salahnya emang beli tanah di Sukabumi? Paling gak buat investasi" lanjut Surya, masih ketus. Indira tetap diam. "Apa salahku coba?" kata Surya tidak berhenti mencocor Indira dengan pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun