Mohon tunggu...
Saiful Zahari
Saiful Zahari Mohon Tunggu... Guru - Staf Pengajar Pesantren Modern Misbahul Ulum

Pecinta literasi juga anggota Fame capter Lhokseumawe, tinggal di kota Lhokseumawe Aceh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Bukan Bengkel Kehidupan (Hancurnya Pendidikan Anak)

8 Agustus 2021   18:34 Diperbarui: 8 Agustus 2021   18:49 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan negeri ini telah mempersiapkan lembaga-lembaga pendidikan bagi para calon guru untuk di tempa, dibentuk dan dididik agar menjadi tenaga ahli pendidikan yang profesional. Dewasa ini juga pemerintah sangat memperhatikan keberlangsungan pendidikan di negeri tercinta ini. Tetapi masih juga negeri ini terbelakangan dalam ranah pendidikan.

Beralih fungsi tanggung jawab penuh pendidikan, dari ortu ke guru menjadi salah satu penyebab pendidikan di negeri ini bobrok. Curahan dana yang melimpah tidak akan mampu memberi peranan yang lebih untuk menggantikan keterlibatan ortu dalam proses pendidikan anak. Berapa pun di bayar,  guru tidak akan sanggup membentuk karakter anak ke arah yang lebih baik. 

Tanpa keterlibatan ortu dalam proses pendidikan anak. Ortu yang telah menyerahkan anaknya ke lembaga pendidikan, tidak boleh lepas tangan dalam proses pendidikan anaknya. Karena kerja sama yang baik antara guru dan ortu adalah permintaan proses pendidikan yang harus disernergikan. 

Orang tua harus tetap mengontrol perkembangan mental dan emosional anaknya dalam proses pendidikan, dengan selalu berkomunikasi dengan guru asuhnya, kadang kala guru mempunyai keterbatasan dalam menyelami kedasar permasalah si anak.

Sekolah Lembaga Penggerak

Kita jangan lupa rumah tangga adalah (albaitu madrasatu ula) dan orang tua adalah guru utama bagi si anak. Dimana kesiapan anak dalam menggali ilmu lebih dalam, orang tualah yang mempersiapkan, kesiapan serta daya minat siswa dalam belajar tidak semerta-merta tumbuh ketika dia berada dalam lingkungan pendidikan. 

Bagai mana seorang guru memulai suatu pelajaran sedangkan si anak tidak ada minat belajar!, iya kalau si anak cepat tumbuh minat belajar, kalau ada anak yang bertahun-tahun tidak mempunyai minat belajar di karenakan faktor X !. Apakah guru terus menerus beriktiqaf dalam menumbuhkan minat belajar siswa tersebut? 

Ataukah guru harus menyelam ke dasar laut permasalah  si anak? Masih mending kalau masalah yang di hadapi si anak di lingkungan sekolah, kalau masalahnya jauh sampai ke dasar lautan rumah tangga! Apakah guru juga harus ikut kesana? Kayaknya gak lah...bahasa anak sekarang "gak sampek segitunya kali".

Sekolah bukanlah bengkel bagi para siswa yang nakal, akibat hancurnya tatanan kehidupan negeri ini. Derasnya arus informatika, perekonomian yang pelit, perpolitikan negeri yang  tidak memihak kepada rakyat. 

Tidak bisa semerta-merta menyalahkan lembaga pendidikan atas hancurnya moral dan nilai-nilai pendidikan, ia hanyalah bersifat menggerakkan mesin yang telah hidup, sekolah tidak akan sanggup memulai renovasi tatanan kehidupan siswa yang telah hancur. 

Sekolah tidak bisa mengendalikan tatanan kehidupan remaja saat ini, orang tualah yang memiliki andil sepenuhnya. Didiklah si anak dari awal; lembutkan hatinya dengan Quran, pakailah pakaian Tauhid kepadanya, hiasi lah dirinya dengan Akhlakul karimah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun