Apakah mengalami nasib yang sama dengan usaha jenis makanan? Atau usaha lainnya? Bagaimana dengan nasib para pemulung? Sebagai buruh harian, yang akan mendapatkan upah ketika berhasil menjual rongsoknya? Sedang permintaan akan bahan baku menurun?
Dapat dilihat, untuk satu item jenis botol air mineral bekas dalam keadaan bersih, pada hari biasa ia jual dengan kisaran harga Rp.1500.00/kg, itu pun ia harus buang lebel kemasan yang tidak ada satupun label menempel dibotol tersebut. Sementara tutup botol dijual secara terpisah.Â
Dengan banyaknya ketersediaan bahan baku tidak membuat para pemulung dapat menjual hasil memulung mereka dihari yang sama, selain pengepul sudah beberapa bulan berhenti menampung dan membeli bahkan baku, dengan alasan tidak ada perusahaan yang membeli dan baru akan kembali beroperasi saat Corona berlalu harga jualnyapun turun drastis menjadi Rp. 1000.00/kg.
Pada masa sebelum pandemi, hasil olahan botol air mineral bening, akan disortir dan dipotong menjadi kecil-kecil seperti pecahan beling, dan akan di eksport ke luar negeri untuk produksi menjadi kaos olahraga atau jersey. Sementara, di dalam negeri, selain untuk diproduksi kembali, biasanya hasil peleburan botol-botol tersebut akan dijadikan bahan baku untuk peralatan rumah tangga. Salah satunya yaitu untuk bahan campuran keset.Â
Dengan adanya kasus fenomena corona ini, dunia selain berbenah, juga memaksa kita untuk dapat beradaptasi untuk bertahan hidup. Lalu bagaimana dengan nasib para pemulung yang bergantung hidup hariannya dengan menjual rongsok, sedangkan corona memati surikan beberapa jenis usaha?
Tentu ini semua adalah pekerjaan rumah untuk kita. Sudah saatnya kita tidak boleh egois. Ikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, bukan hanya untuk kita, tapi untuk Indonesia. Semoga pandemic segera berlalu.
Strategi para pencari rongsokan di kompleks perumahan agar bertahan hidup di masa pandemi covid-19
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada perubahan perilaku dan aktivitas ekonomi telah mendorong peningkatan jumlah dan angka kemiskinan, baik secara nasional, wilayah desa-kota, maupun secara pulau-provinsi. Penurunan pendapatan terjadi akibat peningkatan pengangguran dan menurunnya kesempatan bekerja dan berusaha.Â
Dampak Covid-19 terbesar terjadi di Kota Serang. Hingga akhiranya, para pemulung saat pandemi harus lebih awal untuk berkeliling, sasarannya adalah perumahan. Sejak pagi para pemulung telah berkeliling mencari barang rongsokan seperti botol plastik.Â
Namun rupanya tak banyak. Menurut para pemulung, saat ini sulit mencari barang bakas, paling sehari dapat terkumpul 5-10 kg, itu pun terkadang warga perumahan memberikan barang rogsoknya. Meskipun tidak setiap hari ada, bukan hanya itu yang dikeluhkan, namun harga jual barang bekas per-kilo di pengepul juga turun drastis dari biasanya.Â
Sebelum pandemi, merka baisa menjual hingga Rp 2 ribu per-kilonya, saat ini harganya menjadi Rp 1000,00. Jika sehari mereka mendapat 5 kg berarti hanya mendapat Rp 5 ribu dan itu dikumpulkan seharian,